REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala Badan Intelijen dan Hubungan Internasional di Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Sergei Beseda mengatakan, kelompok Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) mengalami penurunan drastis dalam pendapatan. Hal itu menyebabkan ISIS melakukan operasi yang lebih murah atau tak memakan biaya besar.
Beseda mengatakan, pada 2014 ISIS memiliki pendapatan sekitar 3 miliar dolar AS. "Dan sekarang milisi ISIS dapat memperoleh sekitar 200-300 juta dolar AS per tahun, 90 persen lebih sedikit," ungkap Beseda pada Senin (3/9) seperti dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Turunnya pendapatan ISIS, kata Beseda, disebabkan karena hilangnya pemasukan dari penjualan minyak. Selain itu juga dari penerimaan pajak yang dikenakan oleh milisi di wilayah di bawah kendali mereka.
Kerugian dalam tenaga kerja, peralatan, dan pendanaan memaksa kelompok-kelompok teror yang dipimpin ISIS beralih ke cara-cara operasi yang lebih murah.
"Organisasi teroris itu mengubah fokusnya ke proyek-proyek yang lebih murah sekarang, khususnya aktivitas di media sosial telah meningkat. Propaganda melalui media sosial telah meningkat dan perekrutan milisi juga terjadi di media sosial," ucap Beseda.
Baca juga, Irak Luncurkan Serangan Udara Terhadap ISIS.
Saat ini milisi ISIS masih bergerilya di Irak, Suriah, dan Afghanistan. Walaupun tak sekuat dulu, namun kehadiran mereka tetap dipandang sebagai ancaman keamanan. Pada 2017, Irak telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS setelah berhasil merebut benteng pertahanan mereka di Mosul.
Namun kemenangan itu masih terganjal kabar tentang masih hidupnya pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Al-Baghdadi sempat beberapa kali dikabarkan tewas akibat serangan. Pada pertengahan 2017, misalnya, Rusia mengatakan pihaknya mungkin berhasil membunuh al-Baghdadi ketika melancarkan serangan udara ke Raqa, Suriah. Namun belakangan Rusia menyatakan masih berupaya memverifikasi hal tersebut.
Pada September 2017, seorang kepala militer AS menyatakan bahwa al-Baghdadi masih hidup. Ia menyebut al-Baghdadi kemungkinan bersembunyi di Lembah Eufrat di Suriah timur.
Sementara itu intelijen Irak mengatakan al-Baghdadi bersembunyi di Suriah timur bersama putra dan menantunya. Ia kerap berpindah lokasi tanpa disertai konvoi. Menurut pejabat intelijen Irak, al-Baghdadi sempat berada di Hajin, Shaddadi, Suwar, dan Markadah. Ia selalu bepergian dengan didampingi empat atau lima orang, termasuk putra dan menantunya.
Al-Baghdadi tidak pernah mendapat pengawalan yang mencolok, seperti konvoi. "Gerakannya sangat rahasia dan dia tidak pernah bepergian dengan konvoi," kata pejabat intelijen tersebut.
Al-Baghdadi merupakan tokoh yang paling dicari dan diburu saat ini. AS bahkan menawarkan hadiah sebesar 25 juta dolar bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya.
Pada 2014, Al-Baghdadi mendeklarasikan kekhilafahan di Irak dan Suriah. Deklarasi ini dilakukan di Masjid Agung Mosul di Irak. Namun setelah deklarasi tersebut, al-Baghdadi tidak pernah diketahui keberadaannya.