Rabu 05 Sep 2018 10:12 WIB

'Dulu Menghormati Suu Kyi, Kini Hancur Sudah'

Suu Kyi menyebut Wa Lone bukan bertugas sebagai wartawan.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Aung San Suu Kyi
Foto: AP
Aung San Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Istri dari dua wartawan Reuters yang ditahan oleh Myanmar menyuarakan isi hatinya. Kedua istri itu menyesalkan peran Aung San Suu Kyi sehingga membuat mereka harus berpisah.

"Aung San Suu Kyi biasa memberi pidato sebelum, saya bahkan mengerti bahasa Inggris, dan saya akan selalu mendengarkan pernyataannya karena saya tahu pemimpin negara itu sedang berbicara," kata Pan Ei Mon, istri reporter Wa Lone seperti dilansir The Guardian, Rabu (5/9).

Ia mengaku begitu menghormati Suu Kyi sebagai pemimpin negara itu. Namun ia menyesali pernyataan Suu Kyi yang menyebut suaminya bukan jurnalis karena  memiliki dokumen resmi negara secara ilegal.  "Dan saya sangat hancur oleh pernyataan itu," kata Pan Ei Mon.

Baca juga, Aung San Suu Kyi: Tak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.

Pernyataan Pan Ei Mon ini  mengacu pada wawancara pemimpin sipil Myanmar Suu Kyi kepada media Jepang NHK pada  Juni lalu. Saat itu Suu Kyi mengatakan, kedua wartawan ditangkap karena melakukan pelanggaran terhadap data resmi negara.

Pada hari yang sama, wakil presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menyatakan pentingnya kebebasan pers.  Ia meminta Myanmar untuk segera membebaskan dua wartawan yang ditahan itu.

"Wa Lone dan Kyaw Soe Oo  dipuji - bukan dipenjara - karena pekerjaan mereka mengekspos pelanggaran hak asasi manusia & pembunuhan massal. Kebebasan beragama dan kebebasan pers sangat penting bagi demokrasi yang kuat,” tulis Pence di Twitter-nya.

Pernyataan Suu Kyi tentang kesalahan kedua wartawan itu telah mengundang kritik dari pendukung kebebasan pers. Komentara itu dianggap sebagai indikasi bahwa persidangan dilakukan secara tidak adil. Keduanya ditangkap saat melaporkan pembantaian militer terhadap 10 warga sipil Rohingya di negara bagian Rakhine.

Baca juga, Nasib Pilu Wartawan Reuters Investigasi Rohingya.

“Pemimpin negara kami tidak tahu kasusnya dengan baik. Kedua keluarga kami hormat kepadanya, dan kami sangat sedih bahwa orang yang kami hormati salah mengartikan kami,” tambah Pan Ei Mon.

Wa Lone (32) dan  Kyaw Soe Oo (28,) dijatuhi hukuman tujuh tahun  penjara pada  Senin setelah sembilan bulan persidangan. Mereka ditangkap pada Desember lalu. Kelompok-kelompok hak asasi manusia, pemerintah asing, dan PBB  menyerukan agar para wartawan segera dibebaskan.

Selama konferensi pers, Pan Ei Mon menyesalkan bahwa putrinya, yang lahir bulan lalu, akan tumbuh besar tanpa sang ayah. “Sejak awal kehamilan saya, saya pikir mereka akan dibebaskan sebelum saya melahirkan. Tetapi hingga akhir saya memiliki anak, dan mereka tidak bebas. Saya tetap kuat dengan harapan bahwa anak saya akan bertemu ayahnya, tetapi setelah putusan kemarin, harapan saya hancur," tambahnya.

Vonis terhadap wartawan itu keluar saat Myanmar dan partai berkuasanya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi, menghadapi kecaman internasional atas pembatasan negara terhadap kebebasan berbicara dan media.

Meskipun meningkatnya permusuhan terhadap jurnalis di kalangan pejabat pemerintah dan pihak lainnya di Myanmar, Chit Su Win mengaku akan terus mendukung pekerjaan suaminya.

"Saya melihat komentar (di media sosial) menyalahkan dia karena melakukan kesalahan. Dia tidak salah. Saya bangga dengan suami saya. Saya menikah dengan seorang reporter, dan saya tidak malu karenanya," kata istri Kyaw Soe Oo itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement