REPUBLIKA.CO.ID, MEXICOCITY -- Menteri Komunikasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan pemerintah Cile, Kolombia, dan Meksiko kemungkinan terlibat dalam upaya pembunuhan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Saat menghadiri acara ulang tahun tentara Venezuela pada 4 Agustus lalu, Maduro berusaha dibunuh dengan dua dron bermuatan bahan peledak.
"Saya bertanya pada diri saya sendiri jika duta besar Cile siap untuk melakukan tes polygraph, Cile harus menjelaskan siapa perwira yang bisa membantu kriminal ini kabur, Kolombia dan Meksiko juga harus bisa menjelaskan siapa yang memfasilitasi kaburnya para tersangka," kata Rodriguez, seperti dilansir dari Caracas, Senin (24/9).
Rodriguez mengatakan salah satu tersangka yang sudah ditahan mengatakan kemungkinan tersangka lainnya kabur dibantu oleh tetangga-tetangga Venezuela. Tersangka yang sudah ditahan juga mengatakan ada misi diplomatik Cile dan Meksiko untuk mengeluarkan dia dari Venezuela tapi ia lebih dulu tertangkap.
Rodriguez mengatakan sampai saat ini ada tiga tersangka baru yang sudah ditahan. Akibat upaya pembunuhan tersebut tujuh perwira terluka. Maduro tidak sedikit pun mengalami cedera.
Sampai saat ini belum ada kelompok yang mengakui serangan tersebut. Itu bukan pertama kalinya ada upaya pembunuhan terhadap pejabat tinggi Venezuela setelah meninggalnya Hugo Chavez pada 2013 lalu. Pada Juni 2017 lalu ada sebuah helikopter yang menjatuhkan granat ke Mahkamah Agung Venezuela.
Sebelumnya dikabarkan pemerintahan Donald Trump yang bertanggungjawab atas serangan itu. Kabarnya ada 11 petinggi pemerintahan Donald Trump dan mantan petinggi militer Venezuela melakukan pertemuan pada 2017. Pertemuan membahas kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Maduro. Pertemuan tersebut tidak hanya dilakukan satu kali. Serangkaian pertemuan tersebut dilakukan sejak 2017 dan beberapa kali digelar sepanjang tahun ini.
The New York Times menulis sejumlah petinggi militer mengalami kesulitan karena kebijakan Maduro yang ototarian. Para perwira Venezuela dilaporkan berpaling ke AS. Mereka memberikan radio yang terenkripsi sementara mereka membangun kekuatan di luar Venezuela untuk melakukan kudeta sebelum pemilihan presiden digelar.
Sejak menjadi pemimpin tertinggi pemerintahan Venezuela Maduro memang mendapat berbagai kecaman. Ia dituduh merongrong demokrasi dan mengabaikan Hak Asasi Manusia dengan memenjarakan lawan-lawan politiknya.
Sebagai salah satu negara OPEC yang memiliki sumber daya minyak tersebut Venezuela tengah mengalami krisis finansial. Berbagai usaha dilakukan Maduro untuk mengeluarkan negaranya dari keterpurukan termasuk mendekatkan diri ke Cina dan Rusia.