REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Kehakiman AS menangkap dan menuntut seorang mata-mata yang bekerja untuk Departemen Keamanan Negara Cina, pada Rabu (10/10). Mata-mata bernama Yanjun Xu itu dituduh melakukan spionase ekonomi dan mencoba mencuri rahasia dagang dari beberapa perusahaan penerbangan dan kedirgantaraan AS.
Xi sebelumnya ditahan di Belgia pada April lalu dan diekstradisi ke AS pada Selasa (9/10). FBI mengatakan ekstradisi belum pernah terjadi sebelumnya dan dakwaan terhadap mata-mata itu menunjukkan ada pengawasan langsung pemerintah Cina dalam spionase ekonomi terhadap AS.
"Cina secara aktif terlibat dalam upaya penyusupan yang menargetkan berbagai sektor ekonomi, termasuk biotek, pertahanan, pertambangan, farmasi, layanan profesional, transportasi, dan banyak lagi," kata Chief Technology Officer CrowdStrike, Dmitri Alperovitch.
Menurut pernyataan Departemen Kehakiman AS, Xu adalah seorang wakil direktur divisi untuk Departemen Keamanan Negara Provinsi Jiangsu di Cina. Ia menargetkan beberapa perusahaan kedirgantaraan AS, termasuk GE Aviation, anak perusahaan General Electric Co.
Selain itu Xu juga menargetkan perusahaan lain yang tidak disebutkan namanya, tetapi perusahaan itu disebut sebagai salah satu perusahaan kedirgantaraan terbesar di dunia, dan produsen terkemuka jet komersial dan pertahanan, ruang angkasa dan sistem keamanan. Perusahaan tersebut juga memimpin teknologi pesawat tak berawak.
GE Aviation telah memasok mesin untuk pesawat Boeing Co dan Airbus SE, dan memproduksi mesin generasi baru untuk pesawat komersial dan helikopter militer angkat berat.
Dakwaan terhadap Xu mengatakan ia menargetkan perusahaan penerbangan AS sejak Desember 2013. Xu melakukan kontak dengan para ahli yang bekerja untuk perusahaan itu dan merekrut mereka untuk melakukan perjalanan ke Cina, sering kali untuk tujuan awal melakukan presentasi di universitas.
Kedutaan Besar Cina di AS dan pengacara Xu tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar. Hukuman maksimum untuk upaya spionase ekonomi adalah 15 tahun kurungan penjara, sedangkan untuk usaha pencurian rahasia perusahaan penerbangan adalah 10 tahun penjara.
Para ahli keamanan siber mengatakan, mantan Presiden AS Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping telah mencapai pemahaman pada 2015 tentang spionase dunia maya, tetapi kesepakatan itu tampaknya melenyap.
Chris Painter, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS yang merundingkan kesepakatan itu, mengatakan di Twitter bahwa tidak mengherankan jika sekarang kesepakatan itu hilang, karena hubungan Cina dan AS telah memburuk.
Akhir bulan lalu, Departemen Kehakiman AS juga melaporkan penangkapan seorang warga Cina di Chicago karena diam-diam bekerja untuk seorang pejabat tinggi intelijen Cina. Tujuannya adalah untuk membantu merekrut insinyur dan ilmuwan, termasuk beberapa yang bekerja sebagai kontraktor pertahanan AS.