REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Media Cina, China Daily, dalam editorialnya yang diterbitkan Jumat (19/10) mengatakan, media Barat telah menyebarkan berita palsu mengenai isu yang tengah bergolak di Xinjiang.
Menurut editorial itu, gambaran palsu tentang Xinjiang yang disebarkan oleh media asing ditujukan untuk menyerang Pemerintah Cina.
"Standar ganda diterapkan untuk mencapai tujuan ini. Sebenarnya hanya negara-negara Barat yang menghadapi ancaman nyata kekerasan yang lahir dari ekstremisme," tulis media tersebut, dikutip Channel News Asia.
Editorial China Daily itu juga mengatakan Muslim di wilayah Xinjiang rentan terhadap propaganda ekstremis luar negeri dan membutuhkan pendidikan serta keterampilan kejuruan.
Pernyataan ini merupakan tanggapan dari komentar Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence yang mengatakan Cina terlibat dalam 'penganiayaan terhadap suatu agama' di Xinjiang.
Baca juga, Amnesty: Muslim Uighur Xinjiang Menderita.
Cina banyak mendapat kecaman dari kelompok hak asasi manusia (HAM), pemerintah asing, dan para pakar HAM PBB atas dugaan penahanan massal dan pengawasan ketat terhadap minoritas etnis Uighur yang mayoritas Muslim di Xinjiang. Beijing membantah tuduhan itu dan mengatakan pihaknya hanya menindak ekstremisme di wilayah tersebut.
Cina mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman dari militan dan kelompok separatis. Dalam beberapa tahun terakhir ratusan orang telah tewas dalam kerusuhan yang terjadi antara etnis Uighur dan etnis Han Cina.
Panel HAM PBB mengatakan pada Agustus lalu, Cina diyakini telah menahan hingga 1 juta warga etnis Uighur dalam sebuah pusat penahanan di Xinjiang untuk memberikan pendidikan politik.
Beijing membantah fasilitas semacam itu disebut digunakan untuk memberikan pendidikan politik. Cina mengatakan fasilitas itu adalah pusat pelatihan kejuruan, bagian dari prakarsa pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mobilitas sosial di kawasan itu.