Ahad 28 Oct 2018 21:13 WIB

Menhan AS Minta Kasus Khashoggi Diselidiki Secara Transparan

Wartawan Jamal Khashoggi hilang setelah masuk ke kantor Konjen Arab Saudi di Istanbul

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.
Foto: AP Photo/Virginia Mayo
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.

REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Jim Mattis mengatakan ia telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir di Bahrain pada Sabtu (27/10). Dalam pertemuan itu, keduanya sempat membahas mengenai penyelidikan kasus kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

"Kami membahasnya. Anda tahu hal yang sama yang kami bicarakan, perlunya transparansi, penyelidikan penuh dan lengkap," kata Mattis kepada sekelompok wartawan yang bepergian ke Praha bersamanya, Ahad (28/10).

"(Ada) kesepakatan penuh dari menteri luar negeri Jubeir, dan tidak ada keberatan sama sekali, dia mengatakan kita perlu tahu apa yang terjadi dan dia sangat kolaboratif, dalam kesepakatan itu," tambah Mattis.

Setelah bertemu Mattis, Jubeir mengatakan hubungan Riyadh dengan AS masih sangat kuat di tengah histeria media atas kasus pembunuhan Khashoggi. Menurut Mattis, aksi pembunuhan itu telah merusak stabilitas Timur Tengah dan Washington akan mengambil tindakan tambahan terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Jaksa penuntut umum Arab Saudi mengatakan pembunuhan Khashoggi telah direncanakan. Pernyataannya bertentangan dengan pernyataan resmi yang dikeluarkan kerajaan sebelumnya, yang mengatakan pembunuhan itu terjadi tanpa sengaja dalam sebuah perkelahian di dalam konsulat Saudi di Istanbul.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah bertemu dengan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk membahas masalah ini.

Washington telah mengumumkan sanksi terhadap 21 warga Saudi yang diduga terlibat dalam aksi pembunuhan Khashoggi. AS mencabut visa mereka atau membuat mereka tidak memenuhi syarat untuk bisa mendapatkan visa AS.

Saat ditanya apakah AS akan membatasi dukungannya pada koalisi pimpinan Saudi di Yaman, Mattis mengatakan, "Kami akan terus mendukung pertahanan kerajaan."

Arab Saudi memimpin pasukan koalisi yang didukung Barat, dalam Perang Yaman. Koalisi tersebut berusaha mengembalikan pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional di bawah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang digulingkan dari ibu kota Sanaa oleh Houthi yang didukung Iran pada 2015.

AS dan negara-negara Barat lainnya memberikan bantuan senjata, pengisian bahan bakar, dan intelijen kepada koalisi Saudi. Setelah kasus Khashoggi, Jerman telah berjanji akan menghentikan semua ekspor senjata ke Arab Saudi sampai kasus itu terselesaikan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement