REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Kamran Dikarma, Marniati
Putra jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, yakni Salah dan Abdullah Khashoggi, berharap jasad ayahnya dapat segera ditemukan. Mereka mengaku ingin segera memakamkan jasad tersebut di kompleks pemakaman di Madinah.
"Semua yang kami inginkan sekarang adalah memakamkannya di (pemakaman) al-Baqi, Madinah, bersama anggota keluarga yang lainnya," ujar Salah dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Ahad (4/11).
Khashoggi dinyatakan hilang setelah memasuki gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Khashoggi diyakini dibunuh di dalam gedung Konsulat Saudi. "Saya menyaksikan banyak orang bermunculan sekarang dan mencoba mengakui hasil kerjanya. Sayangnya, ada di antara mereka memanfaatkannya dengan cara politis yang tidak kami sukai," ujar Salah.
"Pendapat publik amat penting ... tetapi saya khawatir jadi terlalu dipolitisasi. Orang mengajukan analisis yang malah menjauhkan kita dari kebenaran," ujar dia.
Ahli kimia dan racun
Sebuah sumber di pemerintahan Turki yang dikutip Reuters menyebutkan pada Senin, Saudi mengirimkan dua orang pria sebagai "tim pembersih". Tugas mereka, katanya, untuk membersihkan bukti pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi.
Menurut sang sumber, kedua orang itu adalah ahli kimia dan ahli racun. Mereka bertugas sebelum para investigator Turki diberi izin memasuki dan memeriksa Konsulat Saudi. Daily Sabah menyebut dua orang itu Ahmed Abdulaziz al-Jonabi and Khaled Yahya al-Zahrani. Keduanya termasuk dalam 11 anggota tim yang dikirim Saudi untuk mendampingi pemeriksaan yang dilakukan Turki.
Operasi pembersihan itu dilakukan juga di kediaman konsul Saudi di Istanbul. Semua itu berlangsung hingga 17 Oktober dan kedua orang itu meninggalkan Turki tiga hari kemudian. "Kenyataan bahwa tim pembersih dikerahkan dari Arab Saudi sembilan hari setelah pembunuhan menunjukkan bahwa penghilangan nyawa Khashoggi atas sepengetahuan petinggi Saudi," ujar sang sumber.
Mengenai pelaku, laman Daily Sabah, Senin (5/11), dengan mengutip Wall Street Journal, melaporkan, Saud al-Qahtani yang dikenal sebagai penasihat media sosial Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) dianggap sebagai orang yang berada di balik kasus Khashoggi. Ia diduga sebagai perencana dan direktur operasi pelenyapan Khashoggi.
Menurut artikel WSJ berjudul "Behind Saudi Prince's Crackdown Was Confidant Tied to Khashoggi Killing", al-Qahtani sekarang berada di bawah penyelidikan pidana dan dipecat dari jabatannya sebagai penasihat media. Al-Qahtani dilaporkan berusaha meyakinkan Khashoggi untuk kembali ke Riyadh. Namun, ia gagal.
"Putra mahkota menghargai peran Anda sebagai editor. Dia ingin Anda kembali ke Arab Saudi," pesan al-Qahtani dalam Whatsapp ke Khashoggi.
Miliuner Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal mengatakan pada Ahad (4/11), ia yakin penyelidikan resmi terhadap kematian Khashoggi akan membebaskan MBS. "Saya percaya Pangeran Mahkota Saudi akan 100 persen dibebaskan dari segala tuduhan," ujar Pangeran Alwaleed kepada Sunday Morning Futures di Fox News Channel.
Ia mengatakan, Arab Saudi harus secara terbuka memublikasikan penyelidikannya. Pangeran Alwaleed ditahan tahun lalu dengan miliarder Saudi lainnya dalam sebuah langkah oleh MBS untuk melawan korupsi. Namun, Pangeran Alwaleed mengatakan, ia telah memaafkan penahanannya. n reuters/ap ed: yeyen rostiyani