Sabtu 17 Nov 2018 09:30 WIB

Terusan Suez Diresmikan

Ketika dibuka Terusan Suez ini hanya bisa dilalui kurang dari 500 kapal

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Nidia Zuraya
Terusan Suez
Foto: egyptford
Terusan Suez

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 17 November 1869, Terusan Suez, yang menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah, diresmikan. Upacara pembukaannya dihadiri oleh Permaisuri Prancis, Eugenie, istri Napoleon III.

Dilansir di History, pada 1854, Ferdinand de Lesseps, mantan konsul Prancis untuk Kairo, mendapatkan persetujuan dari gubernur Ottoman Mesir untuk membangun kanal sepanjang 100 mil di seluruh  Suez. Sebuah tim insinyur internasional kemudian dibentuk untuk menyusun rencana konstruksi.

Pada 1856, Suez Canal Company dibentuk dan diberikan hak untuk mengoperasikan terusan itu selama 99 tahun setelah selesainya konstruksi. Konstruksi dimulai pada April 1859, dan pada awalnya penggalian dilakukan manual dengan sekop tangan oleh para pekerja paksa.

Kemudian, para pekerja Eropa yang dilengkapi dengan kapal keruk dan sekop uap tiba. Perselisihan antar tenaga kerja dan wabah kolera memperlambat proses konstruksi, sehingga Terusan Suez tidak selesai sampai 1869, empat tahun lebih lama dari jadwal seharusnya.

Ketika dibuka, Terusan Suez hanya memiliki kedalaman 25 kaki, lebar 72 kaki di bagian bawah, dan lebar 200 hingga 300 kaki di permukaan. Akibatnya, hanya kurang dari 500 kapal yang melakukan navigasi di terusan itu dalam tahun pertama operasinya.

Namun, perbaikan besar dimulai pada 1876, dan kanal itu menjadi salah satu jalur pelayaran yang paling banyak dilalui di dunia. Pada 1875, Britania Raya menjadi pemegang saham terbesar di Suez Canal Company, setelah membeli saham gubernur Ottoman yang baru di Mesir.

Tujuh tahun kemudian, pada 1882, Inggris menginvasi Mesir dan memulai pendudukan yang panjang di negara itu. Perjanjian Anglo-Mesir pada 1936 membuat Mesir hampir merdeka, tetapi Inggris masih memiliki hak untuk melindungi terusan.

Setelah Perang Dunia II, Mesir mendesak evakuasi pasukan Inggris dari Terusan Suez. Pada Juli 1956, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi terusan itu, berharap dapat membebankan biaya tol yang akan mendanai pembangunan bendungan besar di Sungai Nil.

Sebagai tanggapan, Israel menyerang pada akhir Oktober. Pasukan Inggris dan Prancis mendarat pada awal November, menempati zona terusan. Di bawah tekanan dari PBB, Inggris dan Prancis mundur pada Desember, dan pasukan Israel mundur pada Maret 1957. Bulan itu, Mesir mengambil alih terusan dan membukanya kembali untuk pelayaran komersial.

Sepuluh tahun kemudian, Mesir menutup terusan itu lagi setelah Perang Enam Hari dan pendudukan Israel di Semenanjung Sinai. Selama delapan tahun berikutnya, Terusan Suez, yang memisahkan Sinai dari sisa wilayah Mesir, dijadikan sebagai garis depan antara tentara Mesir dan Israel.

Pada 1975, Presiden Mesir Anwar el-Sadat membuka kembali Terusan Suez sebagai isyarat perdamaian setelah pembicaraan dengan Israel. Saat ini, rata-rata 50 kapal menavigasi terusan itu setiap hari dan membawa lebih dari 300 juta ton barang per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement