Rabu 28 Nov 2018 16:03 WIB

Lebih dari 500 Jasad Ditemukan di Kuburan Massal ISIS

Jasad ditengarai adalah warga sipil maupun anggota ISIS yang tewas dalam pertempuran.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Kuburan Massal ISIS (Ilustrasi).
Foto: EPA
Kuburan Massal ISIS (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Lebih dari 500 jasad telah ditemukan dari salah satu kuburan massal terbesar di Raqqa, Suriah, sejak penggalian dimulai pada Oktober lalu.

Raqqa telah direbut dari ISIS pada Oktober 2017, tetapi setahun setelahnya tim pemulihan masih terus mencari kuburan massal yang ada di dalam dan di sekitar kota.

Kuburan massal Panorama yang diberi nama sesuai dengan wilayah tempat ditemukan adalah salah satu dari sembilan kuburan massal terbesar di Raqqa. Kuburan massal ini diyakini telah mengubur sekitar 1.500 mayat.

Hammoud al-Shawakh, seorang pejabat lokal yang terlibat dalam pekerjaan penggalian itu, mengatakan pada Selasa (27/11) bahwa 516 jasad telah ditemukan. Jasad-jasad itu diduga merupakan mayat anggota ISIS dan warga sipil korban pertempuran.

Aljazirah melaporkan, pekerjaan untuk menggali jasad itu sangat melelahkan dan tugasnya sangat besar. Mereka diyakini telah dikubur di sana di hari-hari terakhir operasi militer pengambilalihan Raqqa yang berlangsung selama empat bulan.

Baca juga, Kuburan Massal Korban ISIS Ditemukan di Afghanistan.

Abdul Raouf al-Ahmad, seorang dokter forensik, mengatakan tim lokal memulai pekerjaan mereka pada pukul 08.00 pagi waktu setempat. Mereka bekerja selama lebih dari tujuh jam berturut-turut setiap hari.

"Setelah kami mengambil mayat-mayat itu dari kuburan ini ... kami mendokumentasikan apakah mayat itu adalah militan, anak, bayi, remaja, atau perempuan atau orang biasa," kata dia.

"Kami mendokumentasikan pakaian, perhiasan, tinggi, jenis cedera, penyebab kematian, dan bagaimana mayat itu dikubur, apa yang orang itu kenakan, dengan apa orang itu dibungkus, dan bagaimana posisinya di kuburan," tambahnya.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional mengatakan mereka prihatin bahwa kelompok-kelompok lokal tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan dalam hal forensik dan sumber daya manusia.

"Kami berpacu melawan waktu. Mayat-mayat ini membusuk pada tingkat yang eksponensial," kata Sara Kayyali, dari Human Rights Watch.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement