REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Presiden Ukraina Petro Poroshenko mendesak Rusia untuk mengembalikan kapal beserta awak yang disita Rusia beberapa hari lalu di Laut Azov. Presiden Poroshenko menilai hal itu sebagai tindakan agresi yang disengaja.
Poroshenko mendesak Moskow untuk mengembalikan kapal-kapal dan para pelaut. "Ini sama saja seperti tawanan perang," ujarnya dilansir France 24, Sabtu (2/11).
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin menolak berbicara dengan Presiden Poroshenko sejak awal ketegangan dimulai. Dilansir The Guardian, Putin mengatakan terlalu cepat untuk mengembalikan kapal beserta awaknya yang disita Rusia.
Putin menyebut pemerintah Ukarina memprovokasi insiden pekan lalu sebagai selingan dari masalah domestik. Berbicara usai konferensi tingkat tinggi (KTT) G-20 di Argentina, ia mengatakan, perlu menahan kapal dan awak sementara kasus hukum diselidiki sehingga menunjukkan bahwa tiga kapal angkatan laut Ukraina melanggar perairan teritorial Rusia.
Putin menilai kapal angkatan laut Ukraina terdeteksi menyebrang selat Kerscj dari Laut Hitam ke Laut Azov yang dikelilingi Rusia di semenanjung Krimea merupakan provokasi yang disengaja. "Kami tidak akan mempertimbangkan pertukaran. Dan ini masih terlalu dini untuk dibicarakan, mereka masih diselidiki," ujar Putin.
"Kami juga perlu menetapkan fakta bahwa ini adalah provokasi oleh pemerintah Ukraina dan kita perlu meletakkan semua hal ini di atas kertas," tambahnya.
Putin menilai pemimpin Ukraina kini tidak tertarik untuk menyelesaikan hal ini. "Selama mereka tetap berkuasa, perang akan terus berlanjut. Mengapa? Karena ketika Anda memilih provokasi, permusuhan seperti itu (seperti yang baru saja terjadi di Laut Hitam), Anda selalu dapat menggunakan perang untuk membenarkan kegagalan ekonomi Anda," tegas Putin.
Putin memberikan laporan yang bertentangan menyoal insiden Kerch. Awalnya, Putin menuduh bahwa kapal Ukraina, dua kapal perang kecil dan kapal penarik, telah berusaha menyebrangi selat secara terselubung, sehingga mereka bentrok dengan penjaga pantai Rusia.
Kapal penarik kemudian ditabrak oleh kapal-kapal Rusia, dan salah satunya ditembak sehingga membuat kerusakan di kapal.
Moskow mengklaim, bentrokan tersebut terjadi di dalam perairan teritorial Rusia, yang panjangnya 12 mil (20 kilometer) dari garis pantai, yang dibantah Ukraina. Kiev mengatakan, kapal-kapal mereka sudah lebih dulu mengumumkan kepada pihak berwenang maritim Rusia tentang keinginan mereka melewati selat. Kemudian Rusia melepaskan tembakan ke kapal-kapalnya setelah mereka berbalik dan pergi menjauh dari selat ke dalam perang terbuka di Laut Hitam.
Dalam pidatonya di Buenos Aires, Putin juga mengkonfirmasi beberapa klaim Kiev. Dia mengakui bahwa kapal Ukraina dan Rusia telah melakukan kontak satu sama lain sebelum kejadian itu. Sementara Ukraina telah menolak untuk memakai seorang pengendali Rusia untuk membantu mereka menavigasi selat sempit.
Ukraina pun menolak intervensi Rusia. Menurut mereka hal itu tidak diperlukan merujuk pada perjanjian tahun 2003 untuk berbagi jalur air, dan hal itu merupakan cara yang baru-baru ini diberlakukan untuk mengendalikan akses Ukraina.
"Penjaga perbatasan memberitahu mereka: 'Jika melewati Selat Kerch, Anda harus menyewa pengendali kami'. Mereka mengatakan tidak mau dan mereka langsung menerobos. Saat itulah kapal bertabrakan, dan penjaga kami melakukan aksi," kata Putin.