REPUBLIKA.CO.ID, RIVERLAND -- Sebuah kota di wilayah Riverland, Australia Selatan, yang diakui secara internasional sebagai wilayah bebas hama, telah mengalami wabah lalat buah. Tujuh lalat buah Queensland jantan telah ditemukan di daerah Loxton. Kehadiran lebih dari lima lalat jantan dianggap sebagai wabah.
Area wabah sebesar 1,5 kilometer dan area penangguhan 15 kilometer telah ditetapkan di sekitar titik deteksi dan pembatasan karantina berlaku di daerah Newton Road.
Menteri Industri Primer dan Pembangunan Daerah, Tim Whetstone, mengatakan tim yang terdiri dari 50 staf Industri dan Kawasan Primer (PIRSA) segera memulai program pemberantasan yang bertujuan untuk menghilangkan lalat buah dari daerah wabah dan lingkungan sekitar terdekat.
"Pemerintah Negara Bagian, industri dan anggota masyarakat telah menjalankan simulasi wabah tahun ini, yang membantu mempersiapkan masyarakat lokal untuk peran yang butuh mereka lakukan dengan cepat, membasmi hama ini dari kawasan itu," kata Whetstone.
"Sedihnya wabah ini hanya menunjukkan betapa rentannya kita, terutama dengan New South Wales dan Victoria tak memiliki strategi lalat buah yang bisa dijalankan."
"Secara internal di Riverland kami melakukan semua yang kami bisa dan tekankan ketika orang-orang melakukan perjalanan ke Riverland silakan tinggalkan buah dan sayuran Anda di rumah."
Wabah dianggap peringatan
Anggota Komite Lalat Buah Riverland, Jason Size, mengatakan wabah itu merupakan pukulan dahsyat bagi masyarakat dan industri selalu melobi agar lebih banyak yang harus dilakukan.
"Itu selalu dikaitkan dengan sumber daya dan kemampuan untuk melakukan sesuatu," katanya.
"Sebagai perwakilan industri, kami selalu mengadvokasi lebih banyak.
"Dampaknya akan sangat besar dan dirasakan cukup keras oleh para petani ... ada banyak uang yang terlibat dari perspektif penumbuh."
Size menyerukan belas kasihan untuk para petani yang terpengaruh, karena hilangnya akses pasar bisa memiliki implikasi besar untuk area bebas hama yang diakui secara internasional. Anggota Federal untuk wilayah Mayo, Rebekha Sharkie, telah melobi Pemerintah Federal Australia untuk menginvestasikan lebih banyak uang ke dalam perlindungan lalat buah Australia Selatan dan mengakui manajemen pengendalian hama sebagai masalah nasional.
"Dalam anggaran tahun ini, kami melihat Tasmania menerima 10 juta dolar AS (atau setara Rp 100 miliar) setelah mereka mengalami wabah lalat buah, jadi itu bukan hanya tanggung jawab negara bagian. Jelas Pemerintah Federal telah ikut campur dalam hal ini," kata Sharkie.
"Saya berharap wabah di Loxton ini adalah panggilan nyata bagi negara-negara bagian secara kolektif dan Pemerintah Federal untuk benar-benar menginvestasikan uang secara serius ke dalam biosekuriti jika kita ingin melindungi industri hortikultura kita."
Periode karantina diperkirakan akan berakhir pada 28 Februari 2019 kecuali terjadi wabah lain, tetapi Whetstone telah mendesak petani di daerah yang terkena dampak untuk menghubungi PIRSA mengenai perawatan buah dan pergerakan buah tambahan.
"Kami berhubungan erat dengan industri hortikultura di Riverland, khususnya dalam hal pergerakan produksi dan pembatasan karantina," katanya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.