REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan membela sekutu dekatnya Cina menyusul protes yang berkembang terkait Muslim Uighur. Pakistan menganggap isu Uighur terlalu dibesar-besarkan media asing.
Mohammad Faisal, juru bicara kementerian urusan luar negeri Pakistan, mengatakan, beberapa media asing berusaha untuk membesarkan masalah ini dengan menyebarkan informasi palsu. Faisal juga menanggapi kabar penahanan warga Pakistan oleh Cina.
"Sesuai info otoritas Cina, dari 44 wanita, enam sudah di Pakistan. Empat telah dihukum atas berbagai tuduhan, tiga di antaranya sedang diselidiki, delapan sedang menjalani pelatihan sukarela. Dua puluh tiga wanita bebas dan tinggal di Xinjiang mereka sendiri kehendak bebas," ucapnya dilansir dari Channel News Asia.
Baca juga, Amnesty International: Muslim Uighur Xinjiang Menderita.
Sejumlah pusat penahanan ekstra-yudisial dilaporkan telah dibentuk di wilayah Xinjiang. Kamp ini dibuat untuk menampung sebanyak satu juta etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya.
Di antara mereka diyakini ada puluhan wanita yang menikah dengan pria dari daerah tetangga Gilgit-Baltistan di Pakistan. Di sana orang-orang secara teratur menyeberangi perbatasan ke Cina untuk berdagang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pakistan sangat mendorong hubungannya dengan Cina. Pakistan memuji investasi puluhan miliar dolar yang dicanangkan Beijing ke negara itu.
Pihak berwenang Cina telah lama menegaskan tindakan keras mereka di Xinjiang bertujuan untuk kontra terorisme internasional. Para separatis dinilai cenderung bergabung dengan ekstremis asing seperti Alqaidah.
Mereka menggambarkan kamp-kamp itu sebagai "pusat pendidikan kejuruan" bagi orang-orang yang tampaknya tertarik pada ekstremisme dan separatisme Islam.
Faisal mengatakan kementeriannya dan otoritas Cina akan terus berkoordinasi dalam masalah ini."Pihak berwenang Cina juga menawarkan untuk mengatur kunjungan ke Xinjiang dari keluarga para wanita yang divonis," katanya.