Ahad 30 Dec 2018 12:45 WIB

Pasukan Keamanan Mesir Bunuh 40 Pemberontak

Tiga orang turis Vietnam dan pemadu mereka yang asli Mesir tewas terbunuh oleh bom

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Nidia Zuraya
Bom meledak di beberapa wilayah Mesir.
Foto: Reuters
Bom meledak di beberapa wilayah Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemerintah Mesir mengatakan pasukan keamanan mereka telah membunuh 40 orang pemberontak dalam sebuah operasi penyergapan di Semenanjung Sinai dan Ibukota Kairo. Penyergapan itu dilakukan beberapa jam setelah tiga orang turis Vietnam dan pemadu mereka yang asli Mesir tewas terbunuh oleh bom yang diletakan di pinggir jalan pada Jumat (28/12) lalu.

Dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Dalam Negeri Mesir  pada Ahad (30/12) itu juga disebutkan 10 orang pemberontak telah terbunuh saat berhadapan dengan pasukan keamanan di kota el-Arish, yang terletak di sebelah utara Sinai. Kementerian yang mengawasi kepolisian Mesir itu yakin el-Arish pusat operasi pemberontak dan teroris di Mesir.

Kementerian Dalam Negeri Mesir juga mengatakan pasukan keamanan Mesir juga berhasil membunuh 14 pemberontak lainnya di pinggir kota Kairo pada 6 Oktober lalu dan 16 pemberontak di proyek perumahan yang terletak di sekitar Kairo. Dalam pernyataan mereka Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan para pemberontak sedang bersiap melakukan serangan ke fasilitas-fasilitas militer dan kepolisian serta gereja.

Dalam pernyataan mereka Kementerian Dalam Negeri Mesir juga merilis sejumlah gambar yang menunjukan foto para pemberontak yang tewas dibunuh pasukan keamanan mereka. Gambar-gambar tersebut memperlihatkan jenazah pemberontak yang sedang memegang senjata api.

Namun Kementerian Dalam Negeri Mesir tidak menyebutkan kapan persisnya penyergapan dilakukan. Pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Kementerian Dalam Negeri ini menunjukan Mesir berusaha untuk memperlihatkan keberhasilan mereka dalam memberantas terorisme.

Pemerintah Mesir kerap menjadi sasaran kritik atas kegagalan mereka melindungi para turis dari serangan pemberontak dan teroris. Selama dua tahun terakhir ini para pemberontak dan teroris di Mesir sering melakukan penyerangan di Marioutiyah yang berada di dekat Piramida Giza, sebuah destinasi wisata paling terkenal di Mesir.

Marioutiyah juga diduga tempat persembunyian sel-sel pemberontak yang setia kepada Ikhawanul Muslimin. Kelompok yang sempat berkuasa tapi akhirnya digulingkan militer Mesir pada tahun 2013. Militer mencopot kekuasaan Ikhawanul Muslimin karena pemerintah mereka memecah belah masyarakat Mesir.

Serangan pada hari Jumat lalu terjadi saat sektor pariwisata Mesir mulai menggeliat. Setelah selama beberapa tahun mati karena konflik internal dan kekerasan paska Arab Spring pada tahun 2011. Bangkitnya sektor padat-karya sangat disambut hangat oleh Mesir yang sedang kesulitan mengembalikan pertumbuhan ekonomi mereka seperti sebelum Arab Spring.

Mesir mulai melakukan reformasi ekonomi dengan beberapa kebijakan yang ambisius demi menahan laju kenaikan harga barang yang naik tajam. Serangan yang hari Jumat lalu juga membuat pihak berwenang Mesir memperkuat keamanan turis dan fasilitas-fasilitas pariwisata seperti hotel, museum, situs-situs kuno dan pasar-pasar tradisional selama musim liburan.

Bandara dan situs-situs kuno sudah mulai terkena dampak langkah-langkan pengamanan ini. Bus-bus turis mendapatkan pengawalan polisi secara rutin dan warga asli Mesir biasanya mendapat pengawasan yang lebih ketat di destinasi-destinasi wisata.

Menjelang perayaan malam tahun baru kemungkinan pemerintah Mesir juga meningkatkan keamanan di gereja-geraja dan fasilitas terkait. Sekitar 10 juta penganut Kristen Koptik juga akan merayakan Natal bulan depan.

Mesir sudah bertempur melawan pemberontak selama bertahun-tahun di Semenanjung Sinai. Para pemberontak juga sering melakukan sering menyerang masyarakat Kristen dan turis. Namun serangan pada hari Jumat lalu menjadi serangan pertama yang mengincar turis asing sejak dua tahun yang lalu.

Selama dua tahun terakhir para teroris menyerang penganut agama Kristen di Mesir. Biasanya mereka menyerang gereja atau bus yang membawa para peziarah ke gereja-gereja terpencil di negara tersebut. Serangan-serangan itu telah menewaskan ratusan orang, membuat pihak berwenang menerapkan pemeriksaan metal detectors di setiap depan pintu gereja.  

Di beberapa gereja, petugas keamanan meminta bukti ke para pengunjung gereja bahwa mereka memang orang Kristen. Biasanya penganut Kristen Koptik memiliki tato gambar salib di pergelangan tangan kanan yang mereka dapatkan saat mereka masih bayi.

Serangan hari Jumat lalu juga melukai 11 turis asal Vietnam lainnya. Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan sebanyak 10 orang cedera serius. Duta Besar Vietnam untuk Mesir Tran Thanh Cong sudah mengunjungi lokasi ledakan dan Rumah Sakit Haram yang merawat para korban luka.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement