Kamis 03 Jan 2019 15:13 WIB

AS akan Gelar Latihan Rudal di Jepang

Washington dinilai berupaya menangkal dominasi Cina.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Rudal
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Rudal

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Militer AS tahun ini akan menggelar latihan rudal pertama di sekitar Pulau Okinawa, Jepang. Rencana latihan tersebut menunjukkan, Washington tampaknya tengah berupaya untuk menangkal dominasi Cina yang semakin kuat.

Surat kabar Sankei Shimbun melaporkan tanpa mengutip sumber, militer AS telah mengatakan kepada Jepang bahwa mereka berencana untuk mengerahkan rudal surface-to-ship di Okinawa tahun ini. Pengerahan dilakukan untuk keperluan latihan rudal yang baru pertama kali digelar AS bersama Jepang.

Latihan itu akan melibatkan peluncur roket bergerak yang dapat dijadikan senjata balasan terhadap potensi serangan rudal balistik surface-to-sea Cina.

Dalam beberapa tahun terakhir, kapal perang Cina telah sering berlayar melalui perairan dekat Okinawa, tempat sebagian besar pasukan AS di Jepang berpangkalan.

Para pengamat mengatakan, aktivitas maritim Cina yang semakin aktif adalah bagian dari rencana untuk membangun kendali perairan. Cina ingin membentuk "rantai pulau pertama" yang menghubungkan Okinawa, Taiwan, dan Filipina.

Beberapa pengamat juga meyakini Beijing tengah berupaya untuk mengakhiri dominasi militer AS di Pasifik barat dengan mengendalikan kendali "rantai pulau kedua". Rantai ini menghubungkan Pulau Ogasawara di selatan Jepang, wilayah AS di Guam, dan Indonesia.

Peningkatan militer Cina yang cepat telah membuat negara-negara tetangganya di Asia gelisah. Kepala pertahanan Jepang tahun lalu mengatakan Cina telah secara sepihak meningkatkan kegiatan militernya pada tahun-tahun sebelumnya.

Channel News Asia melaporkan, Beijing menegaskan kegiatan itu sebagai bentuk pertahanan diri. Meskipun persaingan militer meningkat, AS dan Cina adalah mitra dagang terbesar bagi masing-masing negara. Cina adalah salah satu pemegang utang nasional terbesar AS.

Namun, ketidakseimbangan perdagangan bilateral besar-besaran telah menyebabkan gesekan antara dua ekonomi utama dunia itu. Washington dan Beijing mengenakan tarif mahal untuk barang-barang senilai lebih dari 300 miliar dolar AS dalam total perdagangan dua arah tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement