Jumat 04 Jan 2019 11:21 WIB

Bolsonaro Buka Kemungkinan Brasil Jadi Pangkalan Militer AS

Bolsonaro menganggap kehadiran Rusia yang mendukung pemerintah Venezuela meresahkan.

Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil
Foto: AP Photo/Silvia Izquierdo, File
Jair Bolsonaro memenangkan pemilihan presiden Brasil

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Presiden baru Brazil Jair Bolsonaro membuka kemungkinan untuk mengizinkan Amerika Serikat mengoperasikan pangkalan militer di negaranya. Sikap ini akan membentuk perubahan tajam dalam arah kebijakan luar negeri Brasil.

Bolsonaro, yang naik ke tampuk kekuasaan pada Selasa, mengatakan dukungan Rusia bagi "kediktatoran" Presiden Nicolas Maduro di negara tetangganya Venezuela, telah meningkatkan ketegangan di kawasan. Hal itu, kata Bolsonaro, merupakan perkembangan yang mencemaskan.

Ketika ditanya oleh jejaring SBT TV dalam wawancara yang disiarkan Kamis apakah itu berarti ia akan mengizinkan kehadiran militer AS di Brazil? Presiden Bolsonaro menjawab, "Ia tentunya akan merundingkan kemungkinan tersebut."

"Bergantung pada apa yang terjadi di dunia, siapa yang tahu kalau kita tidak akan butuh untuk membahas hal tersebut di masa depan," kata Bolsonaro.

Ia menegaskan bahwa apa yang Brasil akan upayakan ialah memiliki supremasi di Amerika Serlatan.

Baca juga, Bolsonaro Resmi Menjabat Sebagai Presiden Brasil.

Pemimpin kanan-jauh itu mengubah kebijakan luar negeri yang Brasil telah lama terapkan. Partai Pekerja yang beraliran kiri dan berkuasa sebelumnya menekankan hubungan Selatan-Selatan dan kadangkala tak sejalan dengan Amerika Serikat di panggung internasional.

Bolsonaro, 63 tahun, adalah mantan kapten angkatan darat dan pengagum kediktatoran militer Brazil tahun 1964 dan 1985 dan Presiden AS Donald Trump. Tak lama setelah dilantik, ia dengan cepat memperdalam hubungan dengan AS dan Israel.

Penasehat keamanan nasional Bolsonaro, Jenderal (Purn) Augusto Heleno, membenarkan Kamis pagi bahwa presiden itu ingin memindahkan kedutaan besar Brasil ke Jerusalem, tetapi hal itu belum dapat segera dilakukan karena masih terkendala pertimbangan logistik.

Ia tak memberikan penjelasan lebih jauh. Tetapi sektor pertanian yang kuat negara itu menentang kebijakan pemindahan dari Tel Aviv. Kebijakan itu juga membuat marah negara-negara Arab yang membeli daging berlabel halal senilai miliaran dolar dari Brasil tiap tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement