Selasa 15 Jan 2019 17:49 WIB

Cina Imbau Perusahaan Hindari Perjalanan Bisnis ke AS

Perusahaan pemerintah juga dianjurkan hanya memakai laptop yang aman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Bendera Cina.
Foto: ABC News
Bendera Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dilaporkan telah meminta beberapa perusahaan yang dikelola pemerintah menghindari perjalanan bisnis ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutunya. Mereka juga diimbau lebih berhati-hati melindungi perangkatnya jika memang harus tetap melakukan perjalanan ke negara-negara tersebut.

Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara Cina (SASAC) sebagai pihak mengawasi sekitar 100 perusahaan yang dikelola pemerintah, telah meminta sejumlah perusahaan untuk menggunakan laptop yang aman ketika melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. SASAC menganjurkan agar mereka hanya memakai laptop yang dikeluarkan perusahaan.

Menurut laporan Bloomberg, SASAC juga mengimbau perusahaan-perusahaan yang dikelola pemerintah menghindari perjalanan bisnis ke AS. Negara itu termasuk negara-negara lain yang dijadikan Washington berbagi informasi intelijen, yakni Inggris, Kanada, Australia, dan Selendia Baru.

Kendati demikian, SASAC belum memberi komentar apapun tentang munculnya laporan tersebut. Hubungan Cina dan AS memang kembali memanas setelah penangkapan Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou di Kanada pada Desember tahun lalu. Meng ditangkap atas permintaan pihak berwenang AS karena dituduh melanggar kesepakatan dagang, yakni dengan mengirim perangkat komunikasi ilegal ke Iran.

Meskipun pada akhirnya Meng dibebaskan setelah membayar jaminan, namun penangkapan itu telah menyebabkan hubungan Cina dan Kanada membeku. Setelah kejadian itu, Beijing kemudian menangkap dua warga Kanada di negaranya, yakni Michael Kovrig dan Michael Spavor.

Kovrig adalah seorang diplomat Kanada. Sementara, Spavor merupakan seorang konsultan yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Spavor ditangkap atas tuduhan membahayakan keamanan negara.

Pengadilan Cina juga telah menjatuhkan hukuman mati kepada seorang warga Kanada bernama Robert Lloyd Schellenberg atas kasus penyelundupan narkoba. Namun, jaksa penuntut Cina mengajukan banding karena menganggap hukuman itu terlalu ringan.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam vonis tersebut. "Ini sangat mengkhawatirkan bagi kami sebagai pemerintah, yang seharusnya menjadi rekan dan sekutu internasional kami, Cina memilih untuk menerapkan hukuman mati, yang dalam kasus ini dihadapi warga Kanada," ujarnya pada Selasa (15/1).

Schellenberg ditangkap otoritas Cina pada 2014. Dia dituduh berencana menyelundupkan 227 kilogram methamphetamine dari Cina ke Australia.

Baca: Justin Trudeau Kecam Cina Hukum Mati Warga Kanada

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement