Kamis 17 Jan 2019 19:12 WIB

AS Mundur dari Perjanjian Nuklir dengan Rusia

Rusia mengaku masih ingin menyelamatkan perjanjian nuklir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.
Foto: Euromaidan Press
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengaku telah gagal menegosiasikan perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) dengan Rusia. Washington menyatakan akan memulai proses hengkangnya dari INF bulan depan.

Menurut Wakil Menteri AS untuk Kontrol Senjata dan Keamanan Internasional Andrea Thompson, AS telah melakukan pembicaraan dengan pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia di Jenewa, Swiss, pada Selasa (15/1), untuk membahas INF. Namun negosiasi mandek dan menemui jalan buntu. "Kami tidak dapat menemukan jalan baru kemarin dengan Rusia," kata Thompson pada Kamis (17/1).

Dia mengklaim Rusia menolak mengizinkan inspeksi terhadap sistem rudalnya yang diduga melanggar ketentuan INF. "Berdasarkan diskusi kemarin dan retorika yang sesuai hari ini, kami tidak melihat indikasi bahwa Rusia akan memilih kepatuhan," ujarnya.

Baca juga, Rusia Peringatkan Konflik Global Akibat Pakta Nuklir Gagal.

Karena tidak ada kesepakatan yang tercapai, AS memutuskan untuk memulai proses penarikan diri dari INF pada 2 Februari mendatang. Hal itu akan berlangsung selama enam bulan.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan negaranya tetapkan akan berupaya menyelamatkan INF.  Ia akan terus melalukan pendekatan ke AS agar sudi mengubah keputusannya.

Berbeda dengan pernyataan Thompson, Lavrov mengatakan negaranya telah menawarkan agar para ahli AS dapat menginspeksi dan melihat rudal 9M729 ketika negosiasi di Jenewa berlangsung. Keberadaan rudal itu, menurut AS, telah melanggar INF. Namun tawaran itu ditolak.

"Logika semua pendekatan AS yang disuarakan kemarin hanya itu, 'Anda melanggar perjanjian, kami tidak melanggar, oleh karena itu Anda, Rusia, wajib melakukan apa yang kami minta dari Anda dan kami tidak harus melakukan apa pun'," kata Lavrov.

Menurut Lavrov, konsultasi di Jenewa mengonfirmasi kebijakan AS yang merusak stabilitas strategis. INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

Sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar INF. Namun tudingan itu selalu dibantah oleh Moskow. Kemudian pada Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya menarik AS dari INF. Rencana tersebut juga telah disampaikan secara resmi kepada Rusia pada Desember tahun lalu.

Rencana mundurnya AS dari INF memicu kekhawatiran, terutama dari Eropa. Benua Biru telah menganggap INF sebagai fondasi keamanannya. Dengan hengkangnya AS, potensi terjadinya perlombaan senjata baru seperti era Perang Dingin terbuka lebar dan akan menempatkan Eropa dalam bahaya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement