Rabu 30 Jan 2019 16:37 WIB

Masjid Filipina Dilempar Granat, Warga Diimbau Tenang

Serangan terhadap masjid bukan aksi balasan bom gereja.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
Police Line (ilustrasi)
Foto: www.nbcmiami.com
Police Line (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina menyerukan masyarakat agar tenang setelah serangan granat yang menyasar sebuah masjid di provinsi sebelah selatan, kemarin. Insiden ini menewaskan dua orang. Serangan ini terjadi tiga hari setelah pengeboman gereja yang mengguncang wilayah Mindanao.

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana padaiRabu (30/1) mengatakan, tidak ada hubungan antara bom gereja dan serangan masjid. Dia mengulang pernyataan komandan satuan tugas setempat bahwa itu bukan tindakan balasan.

Sebuah granat dilemparkan ke sebuah masjid pada Selasa malam hari di Zamboanga. Serangan ini memicu kecaman dan menyerukan agar para pemimpin berpikir dengan jernih dan persatuan di antara komunitas Kristen dan Muslim.

Insiden granat itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte di televisi mengatakan, serangan terhadap sebuah gereja yang menewaskan 21 orang di Pulau Jolo mungkin melibatkan seorang pelaku bom bunuh diri.

Lorenza juga tak menampik kemungkinan serangan bom kedua adalah bom bunuh diri. Namun ia mengatakan tidak jelas apakah ISIS benar-benar di belakangnya, karena kelompok teroris tersebut tidak mengungkapkan identitas 'martir' pengeboman ini.

ISIS telah mengklaim keterlibatannya, tetapi militer Filipina meyakini serangan ini dilakukan kelompok Abu Sayyaf.

Baca juga,  Masjid Filipina Dilempari Granat, Dua Orang Tewas.

Lorenzana mengatakan tes forensik akan dilakukan untuk memastikan apakah pelaku bom bunuh diri itu adalah orang asing. Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi kasus serangan bunuh diri kedua yang dikenal di Filipina dalam beberapa tahun terakhir.   Pada Juli lalu, sebuah bom mobil meledak di pulau tetangga Basilan, menewaskan 11 orang dan diklaim oleh ISIS.

Dewan Ulama Zamboanga menyebut pelaku adala iblis dan tidak berperikemanusiaan. Gubernur setempat mengutuk insiden gereja dan masjid  itu. Serangan selama shalat adalah 'bentuk pengecut dan menjijikkan' tertinggi.

"Kita harus bersatu melawan para teroris yang akan memecah belah kita dan, dengan demikian, menghancurkan semua yang usaha kita untuk membangun dan mendirikan komunitas kita," kata gubernur Mujiv Hataman di laman Facebook-nya.

Muslim adalah minoritas di Filipina yang didominasi Katolik  Serangan-serangan tersebut terjadi beberapa hari setelah referendum damai pada 21 Januari yang secara luas menyetujui otonomi bagi sekitar 5 juta penduduk dari sebagian besar wilayah Muslim di Mindanao. Ini merupakan puncak dari proses perdamaian yang panjang antara separatis dan pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement