Jumat 01 Feb 2019 21:37 WIB

Filipina Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Orang Indonesia

Para pelaku mendapat bantuan dari kelompok semacam ISIS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nashih Nashrullah
Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)
Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP
Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA— Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano mengatakan pelaku pengeboman di Sulu, Mindano adalah pasangan Indonesia. Para pelaku mendapat bantuan dari kelompok semacam ISIS. 

Berdasarkan informasi dari saksi mata dan sumber terpercaya, kata Ano, ia yakin pelakunya laki-laki dan perempuan asal Indonesia. 

"Mereka orang Indonesia, saya yakin mereka orang Indonesia," kata Ano, yang juga mantan kepala militer tersebut kepada CNN Filipina, Jumat (1/2). 

ISIS sudah mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Bom bunuh diri sangat jarang terjadi di Filipina. Serangan bom yang meledak di gereja tersebut menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

Pernyataan Ano ini menjadi sebuah simpul baru dalam penyelidikan yang penuh dengan laporan yang tidak konsisten dan terkadang saling bertentangan. 

Menurut salah satu penyidik investigasi kasus ini semakin diperumit dengan lokasi kejadian yang sudah terkontaminasi. 

Sebelumnya para petugas polisi setempat mengatakan bom diledakkan melalui detonator jarak jauh. 

Tapi kemudian Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan serangan ini dilakukan dengan bom bunuh diri. Pernyataan Duterte ini didukung   menteri pertahanannya. 

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan hasil pemeriksaan tas di pintu masuk gereja menunjukan sulit meletakan bom di sana. Karena itu bom bunuh diri lebih masuk akal.  

"Menurut penyidik forensik, bagian tubuh ini dapat berasal dari dua orang, satu di dalam gereja dan satu lagi di luar," kata Lorenzana. 

Ano mengatakan pasangan pelaku pengeboman ini dibantu kelompok milisi Abu Sayyaf. 

Kelompok separatis kejam yang terkenal dengan penculikan yang mereka lakukan. 

Ano menambahkan orang yang merencanakan serangan berada dibawah instruksi operasi yang menurutnya dibawah ISIS. 

Serangan di Filipina ini membangkitkan kekhawatiran tentang pengaruh ISIS di Asia Tenggara. 

Banyak yang khawatir para teroris dari Malaysia, Indonesia, dan tempat lainnya tertarik untuk datang ke Mindanao.   

Pemerintah Filipina sudah memberlakukan darurat militer di Mindanao sejak para pemberontak dan teroris menyerang Mirawi City pada 2017 lalu. Mereka bertahan selama lima bulan dari serangan udara yang terlihat seperti perang di Suriah dan Irak.  

Serangan ini terjadi setelah diadakannya referendum damai pada 21 Januari lalu. Referendum yang memberikan otonomi kepada masyarakat Muslim Mindanao kecuali kelompok Abu Sayyaf.  

Pada Rabu lalu (30/1) dua orang tewas dalam serangan lemparan granat ke masjid di dekat Zamboanga, provinsi mayoritas Kristen. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement