Jumat 08 Feb 2019 20:31 WIB

Putri Raja Calonkan Diri Jadi Perdana Menteri Thailand

Pencalonan Putri Ubolratana menjadi yang pertama dalam sejarah politik Thailand.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pemimpin partai Thai Raksa Chart, Preecha Pholphongpanich (kanan) menyerahkan surat dengan foto Putri Ubolratana kepada petugas KPU di Bangkok, Thailand, Jumat (8/2).
Foto: AP
Pemimpin partai Thai Raksa Chart, Preecha Pholphongpanich (kanan) menyerahkan surat dengan foto Putri Ubolratana kepada petugas KPU di Bangkok, Thailand, Jumat (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Anak sulung dari Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, Putri Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi mencalonkan diri sebagai perdana menteri negara tersebut. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah politik Thailand, di mana anggota keluarga kerajaan mengikuti kontestasi untuk memperoleh jabatan.

Putri Ubolratana (67 tahun) dicalonkan sebagai perdana menteri oleh Thailand Raksa Chart Party. Partai tersebut didirikan oleh sekutu mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra. Dia telah resmi didaftarkan pada Jumat (8/2).

Dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, Putri Ubolratana meyakinkan masyarakat Thailand bahwa dirinya maju dalam pemilu murni sebagai warga sipil. "Saya telah melepaskan gelar kerajaan saya dan hidup seperti rakyat biasa," katanya, dikutip laman Aljazirah.

"Saya telah menerima nominasi Thai Raksa Chart Party untuk (posisi) perdana menteri guna menunjukkan hak dan kebebasan saya tanpa hak istimewa di atas sesama warga Thailand lainnya di bawah konstitusi," ujar Putri Ubolratana.

Gelar kerajaan Putri Ubolratana memang telah dicopot ketika dia memutuskan menikah dengan seorang pria berkewarganegaraa Amerika Serikat (AS) pada 1972. Dia kembali ke Thailand pada 1990-an setelah bercerai.

Meskipun gelar kerajaannya tidak dipulihkan, dia tetap dianggap dan diperlakukan sebagai bangsawan oleh rakyat Thailand. Thai Raksa Chart Party, dalam keterangan tertulisnya, mengaku bangga dapat mencalonkan Putri Ubolratana.

Menurut partai tersebut, Putri Ubolratana memiliki kapabilitas untuk menjabat sebagai perdana menteri. Dia meraih gelar sarajana dan pascasarjana di universitas terkemuka di AS, yakni Massachusetts Institute of Tecnology serta UC Los Angeles.

"Setelah kembali untuk tinggal di Thailand, dia (Putri Ubolratana) mendirikan proyek 'To Be Number One' untuk mendorong semua pemuda Thailand agar menjauhi narkoba, dia melakukan perjalanan ke seluruh Thailand dan melihat kesusahan rakyat. Dia prihatin dan ingin mengambil bagian dalam mengangkat orang Thailand keluar dari kemiskinan serta memberi mereka masa depan yang baik," kata Thai Raksa Chart Party, dikutip laman Khaosod English.

Thai Raksa Chart Party mengatakan setelah Putri Ubolratana menjadi perwakilan yang mempromosikan pariwisata Thailand selama lebih dari 10 tahun, dia memantapkan niat untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri. "Dia menyimpulkan sudah waktunya menjadi sukarelawan untuk melayani sebagai perdana menteri, membantu negara dan rakyat dengan memanfaatkan serta pengatahuan yang dia kumpulkan selama bertahun-tahun dalam berbagai aspek, baik di dalam maupun luar negeri," katanya.

Putri Ubolratana cukup banyak mendulang simpati dari masyarakat Thailand. Mereka yang mendukungnya membanjiri media sosial dengan tagar #LongLiveSlender. Menurut Khaosod, tagar tersebut merujuk pada sebuah acara televisi, di mana Putri Ubolratana sempat berkelakar bahwa dia lebih suka mendengar ungkapan "Long Live Slender" daripada "Long Live Your Highness".

Kendati demikian, belum diketahui apakah pencalonan Putri Ubolratana mendapat restu dari Raja Vajiralongkorn. Sementara itu, sebuah partai kecil pro-militer, yakni People's Reform Party, telah meminta Komisi Pemilihan mempertimbangkan apakah pencalonan sang putri melanggar undang-undang yang melarang partai-partai menggunakan monarki untuk berkampanye. Komisi Pemilihan memiliki waktu hingga Jumat pekan depan untuk menyetujui atau menolak semua kandidat yang mencalonkan diri.

Perdana Menteri Thailand Parayuth Chan-ocha juga telah mengumumkan bahwa dia akan berpartisipasi dalam pemilu pada 24 Maret mendatang. Dia diusung oleh partai pro-militer yakni Palang Pracharat.

"Saya setuju menerima undangan Phalang Pracharat untuk mencalonkan nama saya di parlemen untuk diangkat sebagai perdana menteri," kata Parayuth, dikutip laman Channel News Asia.

Parayuth merupakan mantan panglima militer yang memimpin aksi perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan demokratis dalam kudeta tahun 2014. Keberhasilannya menumbangkan kekuasaan saat itu kemudian menjadikannya sebagai perdana menteri hingga saat ini.

Saat menjadi perdana menteri, Parayuth berjanji untuk menciptakan perdamaian bagi Thailand dan memulihkan perpecahan politik yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Dia pun melakukan perombakan terhadap sistem politik Thailand yang penuh praktik korupsi.

Menurut sejumlah analis dan kritikus, upaya Parayuth bisa dikatakan berhasil. Namun dia pun dikenal memiliki watak yang keras terhadap kritik yang dilayangkan ke pemerintah militernya.

Putri Ubolratana diprediksi akan menjadi lawan terberatnya dalam pemiliu yang akan dihelat pada Maret mendatang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement