Selasa 12 Feb 2019 11:08 WIB

40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS

Trump menilai Pemerintah Iran telah mengecewakan rakyatnya sendiri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Revolusi Iran 1979
Revolusi Iran 1979

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ribuan rakyat Iran merayakan 40 tahun revolusi dengan pawai dan membakar bendera Amerika Serikat (AS). Pemerintah Iran juga merayakannya dengan memamerkan kekuataan militer misil balistik yang mereka miliki. Tentara, mahasiswa, ulama dan perempuan-perempuan yang menggendong anak memadati jalanan di Iran.

Berbagai foto pemimpin revolusi Ayatollah Ruhollah Khomeini, juga terpasang di mana-mana. Pada 11 Febuari 1979, militer Iran menyatakan netral terhadap revolusi yang sedang terjadi. Hal itu membuka jalan rakyat Iran menggulingkan diktaktor Shah Mohammad Reza Pahlevi yang didukung AS.

Stasiun televisi yang dikelola Pemerintah Iran menayangkan kerumunan yang mengibarkan bendera Iran. Mereka meneriakkan 'Kematian untuk Israel, Kematian untuk Amerika'. Slogan yang digunakan saat revolusi.

Baca juga, Trump: Jika Terus Mengancam Iran akan Menderita.

Pemerintah Iran sudah bersumpah untuk meningkatkan kekuatan militer mereka. Meski negara-negara Barat terus menekan agar Iran menghentikan program misil balistik. Dalam perayaan 40 tahun revolusi ini Iran memamerkan peluru kendali Qadr F yang dapat menjangkau 1.950 kilometer.

"Kami tidak meminta dan tidak akan pernah meminta izin untuk mengembangkan berbagai tipe misil dan akan melanjutkan langkah kami dan kekuatan militer kami," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidatonya di Teheran Azadi Square, Selasa (12/2).

Melalui media sosial Twitter Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintah Iran telah mengecewakan rakyat mereka. Cicitan Trump ini ditulis menggunakan bahasa Inggris dan Farsi yang digunakan rakyat Iran.

"40 tahun korupsi. 40 tahun represi. 40 tahun teror. Rezim Iran hanya memproduksi #40TahunKegagalan, rakyat Iran yang lama menderita pantas mendapatkan masa depan yang lebih cerah," cicit Trump.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement