Jumat 15 Feb 2019 09:50 WIB

WHO: Wabah Campak Naik 50 Persen

Upaya menghentikan penyebaran campak telah mengalami kemunduran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolanda
Vaksin MMR
Foto: AP Photo/Eric Risberg
Vaksin MMR

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, jumlah kasus wabah campak di seluruh dunia pada tahun ini melonjak sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu. WHO menyebut, upaya menghentikan penyebaran campak telah mengalami kemunduran.

Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, tren kasus campak kembali terjadi di tingkat global. Terutama di negara-negara kaya, di mana cakupan vaksinasi cukup tinggi. Direktur Imunisasi dan Vaksin WHO, Katherine O'Brien mengatakan, terdapat peningkatan substansial dalam kasus campak.

"Kami melihat kasus ini terjadi di semua wilayah, dan menjadi wabah yang berlarut-larut, serta terus bertambah," ujar O'Brien dilansir The Guardian, Jumat (15/2).

Setiap negara diberikan tenggat waktu hingga April untuk melaporkan kasus campak, agar tercatat di WHO. Sejauh ini, laporan yang diterima yakni terdapat 229 ribu kasus. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada 2017 yang jumlahnya 170 ribu kasus.

Baca juga, Wabah Campak Filipina karena Kurangnya Vaksin

Pada 2018 campak menyebabkan sekitar 136 ribu kematian di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan diare parah, radang paru-paru, dan kehilangan penglihatan. Dalam beberapa kasus, campak banyak menyebabkan kematian pada anak-anak. Berdasarkan data WHO, sejak Oktober 2018 hingga 12 Februari 2019 terdapat 66.278 kasus campak dan 922 kematian di Madagaskar. 

O'Brien mengatakan, negara-negara miskin dan berkonflik kekurangan akses vaksin. Sementara, di Eropa dan negara kaya lainnya sebagian besar menduga, vaksin menjadi penyebab munculnya wabah campak. Bahkan, di beberapa negara telah mengaitkan vaksin campak dengan autisme, dan membuat gerakan anti vaksin.

"Kami mengalami kemunduran karena kegagalan untuk vaksinasi," ujar O'Brien. 

Kepala Program Imunisasi WHO Katrina Kretsinger mengatakan, campak dapat dicegah dengan vaksinasi yang telah digunakan sejak 1960an. Adapun, hingga 2016 jumlah kasus campak terus menurun. Namun, sejak 2017 jumlahnya meningkat. 

"Ada sejumlah wabah yang mengalami peningkatan. Wabah yang signifikan terjadi di Ukraina, Madagaskar, Kongo, Chad, dan Sierra Leon," kata Kretsinger. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement