Jumat 15 Feb 2019 22:06 WIB

Pelaku Bom Filipina Belum Terkonfirmasi Sebagai WNI

Tim dari BNPT dan Polri berada di Jolo untuk membantu investigasi.

Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)
Foto: WESMINCOM Armed Forces of the Philippines Via AP
Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku pengeboman sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, belum terkonfirmasi sebagai WNI menyusul tuduhan yang dilontarkan Menteri Dalam Negeri ("Secretary of Interior and Local Government") Filipina, Eduardo Ano, mengenai keterlibatan warga Indonesia dalam insiden tersebut.

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, tim dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri telah berada di Jolo untuk membantu proses investigasi.

Baca Juga

"Dari hasil identifikasi yang mereka lakukan atas potongan-potongan tubuh jenazah di gereja tersebut, semuanya cocok dengan sekitar 20-an jenazah yang DNA-nya terkonfirmasi sebagai korban,” kata Arrmanatha kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/2).

Sepanjang proses investigasi yang masih berlangsung, belum dapat disimpulkan bahwa pelaku pengeboman yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka adalah WNI.

"Mereka (otoritas Filipina) menyatakan ada seorang laki-laki dan perempuan yang mendekat (ke gereja) sebelum kejadian. Tetapi sampai saat ini belum bisa dibuktikan secara forensik DNA bahwa kedua orang tersebut adalah WNI,” tutur Arrmanatha.

Dugaan mengenai keterlibatan dua WNI sebagai pelaku bom bunuh diri yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka pertama kali disampaikan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam sebuah konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu Kamah, anggota kelompok Ajang Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris ISIS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement