Jumat 08 Mar 2019 05:03 WIB

Politikus Jerman Sebut Muslim Mungkin Jadi Kanselir

Politikus CDU yang menentang menilai nilai Islam tak sesuai dengan nilai Partai.

Rep: Novita Intan/ Red: Teguh Firmansyah
Muslimah Jerman berunjukrasa di Hamburg, Jerman.
Foto: Daniel Bockwoldt/EPA
Muslimah Jerman berunjukrasa di Hamburg, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID,  REPUBLIKA.CO.ID, JERMAN -- Pernyataan Pemimpin kelompok parlemen dari Uni Demokratik Kristen konservatif (CDU) telah memicu perdebatan. Ini setelah ia mengatakan, seorang Muslim bisa menjadi pemimpin CDU dan kanselir Jerman di masa depan.

Sebelumnya outlet media Idea menanyakan apakah seorang Muslim dapat memimpin partai dan menjadi kanselir pada 2030? Ralph Brinkhaus mengatakan, "Mengapa tidak, jika mereka adalah politisi yang baik, dan mereka mewakili nilai-nilai dan pandangan politik kita?" ujarnya seperti dilansir dari laman dw.com, Jumat (8/3).

Baca Juga

Brinkhaus mengatakan, bahwa nilai-nilai orang lebih penting daripada agama ketika memutuskan kualitas kepemimpinan mereka. CDU, kata ia, bukan komunitas keagamaan. Itulah yang membedakannya dari Gereja Katolik.

Namun pernyataan itu ditolak oleh rekan dari partai-partainya. Anggota dewan eksekutif CDU Elisabeth Motschmann menolak pandangan Brinkhaus bahwa Islam sesuai dengan nilai-nilai partai.

"Nilai-nilai Islam sangat berbeda dari nilai-nilai kita - misalnya, ketika datang ke pertanyaan tentang persamaan hak untuk pria dan wanita," katanya.

Politikus CDU lainnya Gienger juga menampik bahwa seorang Muslim bisa menjadi kanselir Jerman, terlepas dari afiliasi partai. "Memiliki kanselir Muslim akan menyiratkan bahwa umat Islam akan menjadi mayoritas di Jerman," katanya.

Tetapi beberapa anggota parlemen CDU membela komentar Brinkhaus. Menteri pendidikan di negara bagian utara Schleswig-Holstein Karin Prien mengatakan tidak melihat alasan yang bagus mengapa menjadi seorang Kristen adalah kualifikasi yang diperlukan untuk menjadi kepala partai atau kanselir.

Mitra koalisi kiri-tengah CDU, Partai Demokrat Sosial (SPD), menganggap seluruh perdebatan sebagai kebodohan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement