Senin 11 Mar 2019 15:18 WIB

Pengamat Cina: Singapura Beli Jet Tempur Bukan Ancaman

Pembelian itu dinilai wajar dalam upaya memperbarui alutsista Singapura.

Jet tempur Joint Strike Fighter F-35A buatan Lockheed Martin di lokasi yang tak disebutkan namanya.
Foto: ABC
Jet tempur Joint Strike Fighter F-35A buatan Lockheed Martin di lokasi yang tak disebutkan namanya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para pengamat di Cina melihat keputusan Singapura membeli jet tempur F-35 dari Amerika Serikat bukan merupakan ancaman terhadap negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. Menurut mereka, Singapura telah 30 tahun mengimpor jet tempur canggih buatan AS dan rencana pembelian F-35 itu hanya merupakan program lanjutan strategi pertahanan nasional negara kecil yang memiliki peralatan militer canggih itu.

"Saya pikir hal itu (impor F-35) tidak ditujukan kepada Cina," kata Direktur Eksekutif China Center for Collaborative Studies of the South China Sea Nanjing University, Zhu Feng, dikutip media resmi setempat, Senin (11/3).

Pernyataan tersebut menanggapi pemberitaan media AS bahwa keputusan Singapura mengindikasikan peningkatan perhatian atas ambisi regional Cina sehingga Beijing sudah seharusnya memandang rencana pembelian F-35 tersebut sebagai bukti masih adanya desakan kuat kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik. Sejumlah pengamat di Cina berpendapat analisis media AS tersebut konyol.

Kalau rencana pengadaan jet tempur baru oleh Singapura itu ditujukan kepada Cina, kenapa di dalam daftar pembelian terdapat opsi J-20 (buatan Cina)? tanya seorang pengamat militer Cina yang tidak ditulis namanya oleh Global Times.

Tidak masuk akal mengaitkan pembelian jet tempur itu dengan pesan terhadap Cina karena jet-jet tempur di empat negara yang merupakan sekutu utama AS di wilayah Asia-Pasifik itu sejak semula memang diimpor dari AS. Menurut dia, pesawat-pesawat tempur tua milik Jepang, Korea Selatan, dan Australia sudah lewat masanya. Mereka membutuhkan pembaruan dan rencana Singapura itu wajar dalam upaya memperbarui alutsistanya.

Meskipun demikian, para pakar Cina juga mengingatkan penyebaran satuan F-35 di negara-negara sekutu AS memberikan keuntungan tersendiri bagi negara adidaya itu dalam menjalankan operasi di kawasan Asia-Pasifik. Hal itu sekaligus memberikan tantangan terhadap pertahanan udara Cina di Laut Cina Selatan, yang sampai saat ini menjadi sengketa antara Cina dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

Terkait dengan jaringan informasi militer AS, para pakar mencatat meskipun sekutu-sekutu utama AS tidak terlibat dalam peperangan, mereka tetap bisa berbagi berbagai jenis informasi dengan AS. Pada awal Maret, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengumumkan rencana pembelian 12 unit pesawat tempur jenis F-35.

Pesawat kursi tunggal dan bermesin tunggal buatan Lockheed Mertin itu dirancang tahan segala cuaca. Pesawat tempur generasi kelima tersebut mampu menjalankan misi serangan darat dan superior di udara.

Pesawat tempur jenis J-20 buatan Cina, yang masuk dalam daftar opsi Singapura, juga berkursi tunggal, namun bermesin ganda. Pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan di Chengdu untuk mendukung Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China itu juga dirancang tahan segala cuaca.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement