REPUBLIKA.CO.ID, UTRECHT -- Penembakan di Utrecht telah menimbulkan kepanikan bagi penduduk setempat. Kota tersebut memiliki 330 ribu penduduk dengan etnis beragam.
Pihak berwenang Utrecht telah menangkap pelaku penembakan trem, yakni Gokmen Tanis (37 tahun). Wali Kota Utrech, Jan van Zanen mengatakan, kemungkinan masih ada pelaku lain yang masih berkeliaran.
"Sepertinya memang hanya satu penyerang, tetapi kemungkinan ada lebih dari satu orang," ujar Zanen dilansir Vox, Selasa (19/3).
Tanis diduga melepaskan tembakan pada pukul 10.45 waktu setempat di sebuah trem di persimpangan 24 Oktoberplein. Penembakan yang terjadi di pusat kota itu memicu kekhawatiran luas akan serangan teror. Apalagi penembakan tersebut terjadi tiga hari setelah serangan teror di Christchurch, Selandia Baru.
Daerah Kanaleneiland, Utrecht dihuni banyak imigran Turki dan Maroko yang mayoritas merupakan Muslim. Setelah penembakan terjadi, kepolisian segera memerintahkan untuk menutup pintu-pintu masjid di wilayah tersebut.
Seorang saksi mata, Daan Molenaar mengatakan, ketika penembakan terjadi trem langsung melakukan rem darurat dan terdengar teriakan penumpang. Molenaar melihat seorang wanita terbaring di luar trem dan pelaku keluar dari trem dengan pistol di tangannya.
"Saya melihat seorang wanita berbaring di luar trem yang kemudian ditolong oleh orang yang lewat. Kemudian tersangka keluar dari trem dengan pistol di tangannya," ujar Molenaar dilansir New York Times.
Tanis merupakan seorang imigran asal Turki yang digambarkan sebagai seseorang yang tidak terlalu religius. Tanis diketahui beberapa kali terlibat dalam perelisihan dengan mantan istrinya. Sebelumnya, Tanis telah ditangkap polisi dengan tuduhan pemerkosaan.
Polisi belum menyelidiki apakah ada kemungkinan pelaku lain dalam penembakan tersebut. Beberapa saksi mengatakan, telah melihat lebih dari satu tersangka dalam penembakan yang terjadi pada Senin malam.
Pihak berwenang telah memerintahkan evakuasi semua masjid di Utrecht. Selain itu, keamananan masjid di kota lainnya di Belanda telah ditingkatkan. Menurut surat kabar Belanda De Telegraaf, pejabat di Belanda menaikkan tingkat ancaman di Utrecht ke klasifikasi tertinggi untuk pertama kalinya setelah penembakan.