REPUBLIKA.CO.ID, ALMATY -- Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev mengundurkan diri setelah 30 tahun memimpin, Selasa (19/3). Dikenal sebagai 'Papa' bagi banyak rakyatnya, pria 78 tahun tersebut telah memimpin Kazakhstan sejak 1989, ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Dia adalah pemimpin era Uni Soviet terakhir yang masih memimpin. "Saya telah mengambil keputusan yang tidak mudah, yakni mundur sebagai presiden," kata Nazarbayev dalam pidatonya di televisi.
Dengan latar belakang bendera negara berwarna biru dan kuning, dia kemudian menandatangani dekrit pengunduran dirinya mulai 20 Maret. "Sebagai pendiri negara Kazakh yang merdeka, tugas saya adalah memfasilitasi lahirnya generasi baru pemimpin yang akan melanjutkan reformasi di negara ini," ujarnya.
Namun, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin ini mengatakan ia akan tetap memegang kunci dewan keamanan dan pemimpin Partai Nur Otan. Dia akan menyerahkan kepresidenan kepada sekutu yang setia hingga akhir masa jabatannya pada April 2020.
Nazarbayev tidak memiliki penerus untuk mengemban posisinya sebagai presiden. Sesuai konstitusi, Ketua Parlemen Kassym-Jomart Tokayev (65 tahun) akan memegang jabatan sebagai presiden selama masa jabatan Nazarbayev.
Tokayev mengenyam pendidikan di Moskow. Ia adalah seorang diplomat yang fasih berbahasa Kazakh, Rusia, Inggris, dan Cina. Dia sebelumnya pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan perdana menteri.