REPUBLIKA.CO.ID, KONGO -- Wabah Ebola selama satu tahun terakhir hingga kini melumpuhkan negara Republik Demokratik Kongo. Kini, kasus orang menderita Ebola telah melampaui 1.000 kasus yang menjadikannya wabah terburuk kedua dalam sejarah.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir Sky News, Kementerian Kesehatan Kongo mencatat jumlah total orang terkena Ebola mencapai 1.009, dengan jumlah orang yang tewas naik menjadi 629 orang.
Pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk menghindari virus yang mewabah tersebut. Teknologi baru termasuk vaksin percobaan, perawatan eksperimental, dan unit mobil untuk merawat pasien telah meningkatkan harapan bahwa petugas medis akan lebih siap untuk mengatasi. Namun, masalah keamanan telah menghambat pemberantasan wabah.
Lima pusat medis yang didirikan untuk mengobati penderita penyakit itu telah diserang sejak bulan lalu. Penyerang bersenjata pernah memaksa badan amal medis Prancis untuk menangguhkan kegiatannya di wilayah timur yang paling parah terkena dampaknya.
Desember lalu, Sky News mengunjungi pusat serupa yang didirikan di kota Beni, tempat 200 petugas kesehatan ditugaskan merawat pasien penderita Ebola. Mereka mendirikan serangkaian tenda inovatif ber-AC untuk menampung dan menangani kasus-kasus paling serius, namun tak ada obat untuk penyakit yang membunuh lebih dari setengah dari yang terinfeksi.
Wabah itu menjadi ebola paling mematikan kedua sepanjang masa setelah sebelumnya di Afrika Barat, wabah telah menewaskan lebih dari 11 ribu orang antara 2013 dan 2016.
Wabah Kongo dikhawatirkan masih bisa menyebar lebih lanjut. Pihak berwenang membenarkan sebuah kasus pekan lalu di kota Bunia di timur laut, yang merupakan rumah bagi hampir satu juta orang. Penyakit itu menyebabkan penderitanya muntah parah, diare, hingga pendarahan. Ebola diperkirakan dapat bergerak melintasi jarak yang sangat jauh sebab dibawa oleh hewan yakni kelelawar.