Jumat 29 Mar 2019 12:20 WIB

Jerman Perpanjang Embargo Ekspor Senjata ke Arab Saudi

Penghentian ekspor senjata Jerman ke Saudi menjadi tanggapan pembunuhan Khashoggi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
 Ledakan dahsyat terjadi di sebuah gudang persenjataan yang dilancarkan pasukan koalisi Arab Saudi di kota Sanaa, Senin (11/5) malam. (EPA/Yahya Arhab)
Ledakan dahsyat terjadi di sebuah gudang persenjataan yang dilancarkan pasukan koalisi Arab Saudi di kota Sanaa, Senin (11/5) malam. (EPA/Yahya Arhab)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintahan koalisi kanselir Jerman, Angela Markel memperpanjang enam bulan embargo ekspor senjata ke Arab Saudi. Sebelumnya larangan tersebut diambil sebagai tanggapan atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.

"Perintah untuk menghentikan ekspor senjata resmi ke Arab Saudi diperpanjang enam bulan dari 31 Maret hingga 30 September 2019," kata juru bicara pemerintahan, Steffen Seibert, dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (29/3).

Baca Juga

Berlin bereaksi terhadap pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Oktober lalu. Mereka menyatakan pembekuan penjualan senjata ke Saudi dan negara-negara lain yang terlibat dalam perang Yaman.

Langkah itu mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, pandangan tersebut juga memiliki banyak pendukung di Partai Demokrat Sosial (SPD).

"Kami menentang ekspor senjata untuk kediktatoran dan memasuki zona konflik aktif," kata wakil pemimpin SPD, Ralf Stegner. 

Akan tetapi, larangan tersebut menghadapi pertentangan dari dalam pemerintahan Jerman, dan Uni Eropa (UE). Protes dari mitra UE disebabkan karena berdampak pada proyek pertahanan, seperti jet Eurofighter dan Tornado.

Sementara itu, Pakar Kebijakan Ekonomi, Joachim Pfeiffer mengatakan, penghentian sepihak terkait ekspor senjata dapat lebih berbahaya. "Penghentian sepihak untuk ekspor alat pertahanan, diberlakukan tanpa koordinasi dengan mitra-mitra Eropa dan NATO akan salah dan berbahaya," kata Pfeiffer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement