REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Federal Australia mengatakan dua ekor panda raksasa populer di Kebun Binatang Adelaide akan tetap dipertahankan terlepas dari partai besar mana yang akan memenangkan pemilihan umum. Tetapi meskipun membuat pengumuman ini, pemerintah federal sendiri belum akan membayar dana untuk tetap mempertahankan pemeliharaan Wang Wang dan Fu Ni ketika perjanjian sewa kedua satwa itu berakhir tahun ini.
Di bawah kesepakatan dengan Cina ini, Pemerintah Australia Selatan yang akan menanggung biaya pemeliharaan kedua panda tersebut sekitar Rp 35 miliar selama lima tahun. Hal itu memungkinkan kedua panda ini tetap berada di Australia sampai setidaknya 2024.
"Kami telah bekerja erat dengan Kebun Binatang SA untuk memberikan lima tahun kepastian keberadaan mereka di sini," kata Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia Simon Birmingham.
Sebelumnya, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan keberadaan kedua panda tersebut bukanlah prioritas. Tetapi Menteri utama Australia Selatan Steven Marshall mengatakan Wang Wang dan Fu Ni telah menjadi sumber daya tarik utama pariwisata Australia Selatan selama satu dekade terakhir. Karenanya mempertahankan keduanya melibatkan negosiasi rumit.
"Kami mencintai Wang Wang dan Fu Ni. Mereka adalah sumber daya tarik yang besar di sini. Kami akan senang memiliki anak panda di sini, di Kebun Binatang Adelaide," katanya.
Meskipun sebelumnya banyak berharap, sejauh ini Wang Wang dan Fu Ni belum menghasilkan keturunan ketika berada di Adelaide. CEO Kebun Binatang SA, Elaine Bensted, mengatakan panda-panda tersebut masih dalam usia berkembang biak, tetapi kebun binatang akan mempertimbangkan untuk mencari jantan lain untuk meningkatkan peluang seekor anak.
"Pembiakan selalu menantang di kalangan panda raksasa. Bahkan di China, fasilitas mereka memiliki tingkat keberhasilan satu dari lima panda," katanya.
"Saya akan ke Cina dalam waktu dekat dan saya akan berdiskusi dengan Cina dan sejawat lainnya."
"Selalu merupakan tantangan yang besar memindahkan panda raksasa dari satu sisi dunia ke sisi lainnya, jadi saya kira kedua panda tersebut akan tetap berada di sini."
Diplomasi panda Cina
Wang Wang dan Fu Ni telah lama menjadi binatang politik, dan sering dijadikan alat oleh partai dan kelompok kepentingan lain yang ingin memanfaatkan popularitas mereka. Kebun Binatang Adelaide mendapatkan mereka tidak lama setelah Australia setuju memasok uranium ke Cina pada 2006.
Mantan menteri luar negeri Australia yang berasal dari Australia Selatan Alexander Downer menengahi kesepakatan ini yang disambut oleh perdana menteri saat itu John Howard. Kedua panda ini tiba pada 2009 saat perdana menteri pengganti Howard, Kevin Rudd, juga seorang pendukung panda yang kuat.
Pengumuman hari ini muncul ditengah memanasnya hubungan politik Australia dengan China yang terus berlanjut, dengan Pemerintah Federal Australia juga disoroti terkait penanganan terhadap kasus penulis China-Australia yang ditahan, Yang Hengjun.
Apa yang disebut "diplomasi panda" merupakan bagian dari strategi Cina yang sudah dilakukan dalam membangun hubungan dengan negara lain. Tetapi pakar hukum internasional Griffith University Sue Harris Rimmer mengatakan pendekatan seperti diplomasi panda ini bisa juga mendekatkan kedua negara yang memiliki perbedaan dalam masalah politik dan HAM.
Dia mengatakan pendekatan "soft power" dapat mendorong, bukannya menghambat, percakapan sulit tentang topik-topik seperti hak asasi manusia."[Panda] selalu digunakan oleh Cina sebagai sinyal kepercayaan, jadi jika mereka mengambil kembali Wang Wang dan Fu Ni itu artinya akan sangat buruk," kata Associate Professor Rimmer.
"Saya pikir cukup baik Cina terus mempercayai Australia dengan cara ini. Saya pikir penting untuk terus melakukan percakapan dengan Cina tentang lingkungan, tentang konservasi tetapi juga tentang hak asasi manusia," katanya.