REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Menteri Telekomunikasi Sri Lanka Harin Fernando mengunggah sebuah gambar memo yang berisi peringatan adanya kemungkinan terjadi serangan teror di negara itu melalui jejaring sosial Twitter, Ahad (21/4). Hal ini kemudian menjadi pertanyaan, mengapa pihak berwenang tidak dapat melakukan antisipasi, untuk mencegah korban berjatuhan lebih banyak.
Menurut Fernando, memo tersebut nampaknya dibuat pada 11 April lalu. Dalam tulisan menggunakan bahasa Sinhala dan beberapa bahasa Inggris, terdapat dugaan keterlibatan kelompok radikal National Thowheeth Jama’ath (NTJ).
“Beberapa perwira intelijen sadar akan adanya kejadian ini. Tindakan serius perlu diambil mengapa peringatan ini diabaikan,” ujar Fernando dilansir New Zealand Herald, Senin (22/4).
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe juga mengakui adanya informasi mengenai kemungkinan serangan teror di negaranya. Namun, kekhawatiran mengenai adanya hal itu belum disampaikan kepada para menteri.
Some intelligence officers were aware of this incidence. Therefore there was a delay in action. What my father heard was also from an intelligence officer. Serious action need to be taken as to why this warning was ignored. I was in Badulla last night pic.twitter.com/ssJyItJF1x
— Harin Fernando (@fernandoharin) April 21, 2019
Memo mengenai peringatan teror itu diketahui diberikan oleh kepala polisi Sri Lanka Pujuth Jayasundara. Ia mengirimkan peringatan kepada perwira senior keamanan yang berisikan bahwa pelaku bom bunuh diri dari kelompok radikal dapat menyerang gereja-gereja terkenal di negara itu.
"Sebuah agen intelijen asing telah melaporkan bahwa NTJ berencana untuk melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan gereja-gereja terkemuka serta komisi tinggi India di Kolombo," tulis memo tersebut.
Serangkaian pemboman terkoordinasi terjadi di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka pada Ahad (21/4). Dalam insiden yang disebut menjadi serangan terburuk dalam satu dekade terakhir di negara itu, 207 orang tewas dan setidaknya 450 orang terluka.
Secara keseluruhan terdapat delapan ledakan yang timbul dari pemboman di gereja. Sebagian besar korban adalah warga Kristiani Sri Lanka yang sedang menghadiri ibadah kebaktian Paskah.
Sementara itu, hotel-hotel yang terkena serangan bom adalah Cinnamon Grand, Kingsbury, dan Shangri-La. Hotel-hotel ini terletak di jantung Ibu Kota Kolombo. Setidaknya 35 orang, kebanyakan adalah turis asing tewas dalam insiden ini.
Setidaknya delapan orang ditangkap terkait insiden ini. Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan, hingga kini nama-nama pelaku yang muncul adalah nama lokal. Meski para penyelidik akan memeriksa apakah penyerang memiliki keterikatan luar negeri atau tidak.
Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene mengatakan, pelaku di balik serangan teroris telah diidentifikasi dan akan segera ditahan. "Saat ini, Criminal Investigation Departement (CID), polisi, dan pasukan militer tengah menyelidiki. Kami percaya bahwa semua pelaku yang terlibat dalam insiden ini akan ditahan secepat mungkin. Mereka telah diidentifikasi," ujar Ruwan seperti dilansir Strait Times, Senin (22/4).