REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pihak kepolisian Kolombo, Sri Lanka, mengatakan, jumlah korban tewas atas serangan gereja-herja, dan hotel-hotel mewah meningkat menjadi 290 orang. Sementara, sekitar 500 orang terluka masih dalam perawartan rumah sakit nasional Kolombo.
Pada Ahad (21/4) malam, jumlah korban tewas mencapai 207 orang. Juru bicara kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekara tidak merinci korban tewas dan luka.
Satu sumber pemerintah mengatakan, Presiden Sri Lanka Maihripala Sirisena sudah mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional pada Senin (22/4) pagi waktu setempat membicarakan serangan. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe hadir dalam pertemuan tersebut.
Pemerintah mengumumkan jam malam di Kolombo, serta menutup akses ke media sosial dan situs perpesanan. Media sosial yang ditutup termasuk Facebook dan Whatsapp dengan alasan keamanan.
Total serangan yang diduga sudah terkoordinasi ini adalah delapan serangan. Tiga ledakan di Gereja, empat di hotel, satu di sebuah masjid di dsitrik Puttalum di barat laut, dan serangan pembakaran di dua toko milik Muslim di distrik Kalutara bagian barat.
Dari total populasi Sri Lanka sekitar 22 juta, 70 persen beragama Budha, 12,6 persen Hindu, 9,7 persen Muslim dan 7,6 persen Kristen, menurut sensus negara 2012. Pada Februari-Maret tahun lalu, terdapat serangkaian bentrokan agama antara umat Buddha Sinhala dan Muslim di kota Ampara dan Kandy.