REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Menteri Kesehatan Sri Lanka Rajitha Senaratne mengatakan, rangkaian serangan bom yang telah menewaskan setidaknya 290 orang dilakukan oleh kelompok yang diidentifikasi sebagai National Thowheed Jamath, sebuah organisasi kecil lokal setempat. Berbicara di Temple Trees, kediaman resmi perdana menteri, Senaratne mengatakan, semua pelaku serangan bom tersebut adalah warga negara Sri Lanka.
"Laporan intelijen mengatakan, selama periode Paskah serangan ini dapat terjadi. Mereka juga menyebutkan bahwa tempat-tempat ibadah umat Kristen dan tempat-tempat yang banyak dikunjungi wisatawan menjadi sasaran," ujar Senaratne, dilansir Aljazirah, Senin (22/4).
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena telah menunjuk komite tiga anggota yang dipimpin oleh seorang pensiunan hakim Mahkamah Agung untuk menyelidiki serangan bom yang terjadi pada Ahad (21/4) lalu. Hakim Vijith Malalgoda akan memimpin komite tersebut, dibantu oleh mantan inspektur jenderal Polisi N K Ilangakoon dan P Jayamanna yang merupakan seorang pensiunan pegawai negeri senior.
Seorang analis forensik Pemerintah Sri Lanka mengatakan, enam dari serangan bom di gereja dan hotel pada Ahad lalu dilakukan oleh tujuh pelaku dan diidentifikasi sebagai bom bunuh diri.
Pascaserangan bom tersebut, pihak berwenang menerapkan jam malam baru di Kolombo, yakni dari pukul 8 malam hingga 4 pagi. Jalan-jalan di Kolombo sebagian besar sepi, dan toko-toko tutup pada Senin pagi. Jalan-jalan di Kolombo banyak didominasi oleh polisi dan tentara.
Polisi menyatakan telah menangkap 24 orang yang diduga terkait dengan rangkaian serangan bom tersebut. Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekara mengatakan, mereka yang ditangkap merupakan orang lokal dan sedang diperiksa oleh Departemen Investigasi Kriminal.
Serangkaian pengeboman terkoordinasi terjadi di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka pada Ahad (21/4) telah menimbulkan banyak korban. Sebagian besar korban adalah warga Kristiani yang sedang menghadiri ibadah kebaktian paskah. Selain itu, 35 warga asing, di antaranya berasal dari Jepang, Belanda, Cina, Inggris, Amerika Serikat, dan Portugis juga berada di antara daftar korban tewas.
Polisi menemukan bom rakitan di jalan menuju bandara internasional Kolombo dan berhasil dijinakkan. Hingga saat ini, tempat-tempat vital di Sri Lanka dijaga ketat oleh polisi dan tentara.