REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sehari setelah serangan bom bunuh diri, warga Sri Lanka memeriksa rumah sakit dan kamar mayat untuk mencari keluarga tercinta mereka, Senin (22/4).
Di luar rumah sakit nasional di Kolombo, seorang perempuan yang bernama Rameshwary mengatakan ia sedang mencari teman yang berusia 17 tahun dan menghadiri misa pagi di St. Anthony's Shrine. Gereja tersebut satu dari tiga Gereja Katolik yang menjadi sasaran serangan terkoordinasi tersebut.
"Kami terus menelepon dia setelah kami mendengar mengenai peristiwa itu, tapi tak ada jawaban," kata wanita tersebut, yang memperlihatkan gambar perempuan muda di telepon genggamnya.
Sri Lanka adalah negara yang kebanyakan rakyatnya pemeluk Budha, tapi 22 juta warganya meliputi Kristen, Muslim, dan Hindu. Militer Sri Lanka selama beberapa dasawarsa terlibat perang melawan masyarakat minoritas separatis Tamil, kebanyakan dari mereka beragama Hindu. Kerusuhan sudah berakhir sejak kemenangan pemerintah 10 tahun lalu.
Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, gelisah pada Senin. Beredar desas-desus mengenai ledakan lain yang menghantui warga, saat polisi mencari pelaku serangan bom. Satu bom meledak saat satuan penjinak bom berusaha menjinakkannya.
Kebanyakan dari 290 orang yang tewas dan 500 orang yang cedera adalah warga Sri Lanka. Para pejabat pemerintah mengatakan 35 orang asing juga tewas. Banyak korban tewas belum diidentifikasi.
Kondisi Gereja St. Sebastian di Negombo, utara Kolombo, Sri Lanka yang hancur usai serangan bom saat misa Paskah, Ahad (21/4).
Pastor Katolik bergabung dengan keluarga dan teman yang berusaha memberi nama pada jenazah di kamar mayat. Seorang lelaki mengatakan temannya sedang mencari saudarinya, Kiruba yang menghadiri misa Ahad. Mereka mencari perempuan itu di gereja yang dibom dan satu rumah sakit di dekatnya, tapi menemukan jejaknya.
"Itu sebabnya mengapa saya datang ke sini," kata lelaki tersebut kepada Reuters Television.
Anggota keluarga salah seorang dari tiga polisi yang tewas mengatakan mereka menjadi khawatir ketika ia tidak menjawab teleponnya setelah serangan tersebut. "Lalu kami menerima pesan polisi yang mengatakan ia telah meninggal," kata Ranjith Wijesinghe, seorang kerabat personel polisi itu.
Beberapa penyintas menggambarkan kekacauan di gereja tempat orang yang sedang mengikuti misa telah berkumpul. Banyak gambar memperlihatkan mayat di tanah dan patung serta bangku gereja yang terpercik darah.
M.M. Mohomed, seorang penjaga toko di Kolombo, sedang mencari seorang pekerja yang hilang di tengah bangku yang terbakar dan beton yang hancur di St. Anthony's. "Tak ada keterangan mengenai dia sejak ia meninggalkan toko. Orang tuanya berada di instalasi gawat darurat untuk mencari wanita pegawai toko tersebut. Saya pergi ke kamar mayat polisi untuk melihat apakah ia ada di sana," katanya.
Polisi Sri Lanka menyelidiki tempat kejadian setelah ledakan melanda Hotel Shangri-La di Kolombo, Sri Lanka,
Beberapa pelaku serangan bom bunuh diri juga menyerang tiga hotel di Kolombo pada saat yang sama, saat tamu berkumpul untuk sarapan. Seorang pegawai di Hotel Kingsbury mengatakan ia sedang berdiri di dekat restoran Hotel Harbour Court ketika ledakan mengguncang gedung itu.
"Para tamu yang datang untuk sarapan tergeletak di lantai, darah di mana-mana. Kami mengangkat setiap orang, meninggal atau hidup, dan mengungsikan mereka," katanya.