Selasa 23 Apr 2019 19:12 WIB

Solidaritas Warga Sri Lanka Saat Serangan Teror

Gereja Santo Antoinus Sri Lanka dikunjungi bukan hanya oleh penganut Katolik.

Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.
Foto: AP Photo/Gemunu Amarasinghe
Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Di tengah kepanikan akibat bom bunuh diri di dalam gereja Santo Antonius di Kolombo, Sri Lanka, seorang warga Muslim setempat dengan sigap membantu mengangkat mayat-mayat korban keluar dari sana. Begitu selesai, tangannya berlumuran darah yang sudah menghitam.

Warga bernama Roshan Sainoon ini bolak-balik ke dalam dan membantu jamaah gereja yang jadi korban, baik yang meninggal maupun yang selamat. Roshan merupakan warga setempat yang tinggal tidak jauh dari lokasi kejadian. Dia langsung berlari ke gereja bersama warga lainnya setelah mendengar ledakan bom pada Hari Paskah, Ahad (21/4).

Baca Juga

"Para korban ini tetangga saya, kerabat dan keluarga saya," ujar Roshan saat ditemui ABC usai kejadian.

Dia menyebut pakaian dan kulitnya berlumuran darah para korban saat itu. Bangunan gereja berwarna putih dengan menara salib menjulang tinggi ini terletak di persimpangan jalan di jantung Kota Kolombo.

Sebelum bom bunuh diri meledak di dalam gedung gereja, di sudut bangunan itu ada ceruk tempat patung Santo Antonius dan Bunda Maria diletakkan. Kini patung-patung itu hancur berkeping-keping akibat kekuatan ledakan bom.

photo
Patung Santo Antonius dan Bunda Maria di gereja Santo Antonius Kolombo yang hancur akibat serangan bom bunuh diri. Reuters/Dinuka Liyanawatte

Di menara gereja, ada sebuah jam yang jarumnya berhenti pada pukul 08.45. Itulah penanda saat terjadi ledakan - mengingatkan bagaimana masyarakat dengan semangat solidaritas ingin dipecah-belah oleh aksi kekerasan.

Gereja Santo Antoinus selama ini dikunjungi bukan hanya oleh penganut Katolik tetapi juga penganut agama lainnya di daerah tersebut. "Meskipun saya seorang Muslim, saya harus membantu mereka karena kami semua masih keluarga di sini. Kami semua bersahabat," kata Roshan.

Sri Lanka merupakan negara dengan penduduk mayoritas beragama Budha. Namun ada juga penganut Hindu sekitar 12 persen, disusul Muslim dan Kristen masing-masing di bawah 10 persen.

Para penganut Hindu dan Budha menghormati di gereja Santo Antonius ini karena dianggap sebagai pelindung lingkungan mereka. Keberadaan gereja Santo Antonius merupakan pencerminan toleransi dan hubungan antaragama yang ingin dihancurkan oleh kaum radikal dari semua kepercayaan. Kelompok teroris ISIS sendiri pernah menyebutnya sebagai zona abu-abu.

Di luar gedung gereja ini pada Senin kemarin, solidaritas masyarakat masih tetap terlihat setelah serangan itu. Tampak serombongan biarawati berjalan melewati penjagaan polisi dan masuk ke area TKP.

Kekuatan ledakan bom membuat batu-batu terlepas dari dinding bagunan, atap bolong dan puing-puing berserakan di lantai. Di luar gereka, sejumlah warga berdoa dalam diam, ada juga yang berdoa sambil membuat tanda salib.

photo
Seorang anak yang jadi korban serangan teror di Kolombo kehilangan pendengaran. Dia belum diberitahu kedua orangtuanya meninggal dalam serangan itu. ABC News/Siobhan Heanue

Warga bergama Hindu yang baru pulang dari kuil juga berhenti untuk memberikan penghormatan. Sementara sejumlah biksu dari kuil Bunda di dekat situ juga datang di sana.

Namun bagi keluarga korban, dukacita mereka belum juga reda. Salah satunya, Sorjiney Puwaneswari (55 tahun), yang masih terus bolak-balik di sekitar gereja dan dengan putus asa mencari saudaranya yang hilang sejak serangan bom.

Kakak perempuan Sorjiney sebelumnya memberitahu akan pergi kebaktian Paskah siang hari. Namun entah mengapa, katanya, dia mengubah rencana itu dan pergi kebaktian pukul 08.30.

"Saya sudah mencari saudaraku dari pagi sampai tengah malam. Saya akan terus mencarinya. Entah apa yang terjadi dengannya, saya merindukan dia," kata Sorjiney kepada ABC.

Seluruh gereja di Sri Lanka langsung ditutup pada Ahad malam usai kejadian. Petugas pun memperketat penjagaan.

Tentara dan polisi bersenjata lengkap tampak menjaga gereja Santo Antonius, dibantu personil Angkatan Laut yang markasnya tidak jauh dari sana. Kota Kolombo memberlakukan jam malam yang mengakibatkan jalan-jalan kota ini sepi.

Sejauh ini pihak berwenang Sri Lanka telah menangkap 24 tersangka, dan menyebut para pelaku pengebom merupakan warga Sri Lanka dari kelompok militan bernama National Tawheed Jamaat.

Ikuti juga berita lainnya dari ABC Indonesia

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-04-23/tangan-warga-ini-berlumuran-darah-menolong-korban-bom-kolombo/11037760
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement