REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Setelah serangan di Christchurch, Selandia Baru, Rabu (24/4), menyatakan akan bekerja sama dengan Prancis untuk menghentikan sosial media dimanfaatkan mendorong terorisme dan ekstremisme.
Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan di dalam satu pernyataan ia bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron akan memimpin pertemuan di Paris pada 15 Mei. Pertemuan tersebut akan meminta para pemimpin dunia dan perusahaan teknologi menyepakati satu janji, yang dinamakan Christchurch Call, untuk menghapus tulisan yang mendukung terorisme dan ekstremisme dengan kekerasan di Internet.
Seorang teroris bersenjata menewaskan 50 orang di dua masjid di Christchurch pada 15 Maret. Pelaku menyiarkan secara langsung pembunuhan itu di Facebook. Brentor Tarrant (28 tahun), tersangka supremasi kulit putih, telah dituntut dengan 50 pembunuhan dalam penembakan massal tersebut.
"Penting landasan teknologi seperti Facebook tidak diselewengkan sebagai alat terorisme, dan sebaliknya harus menjadi bagian dari penyelesaian global guna menanggulangi terorisme. Pertemuan ini merupakan kesempatan baik bagi satu tindakan persatuan antara pemerintah dan perusahaan teknologi," kata Ardern di dalam pernyataan.
Pertemuan itu diadakan berbarengan dengan pertemuan Teknologi buat Kemanusiaan para menteri digital G7, yang diketuai oleh Prancis, dan pertemuan puncak terpisah Teknologi buat Kebaikan di Prancis, keduanya pada 15 Mei.