REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Perkembangan terbaru memperlihatkan sekelompok pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 359 orang dalam serangan Paskah di Sri Lanka, berasal dari keluarga kaya. Seorang di antaranya berjenis kelamin perempuan.
Kelompok militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap tiga gereja dan empat hotel itu. Jika konfirmasi itu benar maka serangan ini adalah yang paling mematikan yang dikaitkan dengan keterlibatan kelompok teroris tersebut.
Pemerintah Sri Lanka dan AS menyatakan skala dan kecanggihan serangan terkoordinasi ini memperlihatkan adanya keterlibatan kelompok eksternal, seperti ISIS. Pada Selasa (23/4) malam, ISIS telah merilis video melalui Kantor Berita AMAQ, yang memperlihatkan delapan orang, hanya satu yang tidak mengenakan penutup wajah, berdiri di bawah bendera hitam dan menyatakan sumpah setia kepada Abu Bakar Al-Baghdadi.
Seseorang yang tidak mengenakan penutup wajah dalam video itu adalah Mohamed Zahran, seorang pengkhotbah yang dikenal berpandangan militan. Meski video tersebut memperlihatkan delapan, orang namun Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene menyebut ada sembilan pelaku bom bunuh diri. Delapan orang telah teridentifikasi, salah seorang di antaranya perempuan.
"Sebagian besar pelaku dari kalangan terdidik, berasal dari keluarga ekonomi mapan. Beberapa dari mereka menempuh pendidikan di luar negeri," kata Wijewardene dalam jumpa pers.
"Kami mengetahui, salah seorang diantaranya pernah pergi ke Inggris, kemudian ke Australia untuk kuliah hukum. Mitra kami, termasuk Inggris, ikut membantu penyelidikan," kata dia seperti dikutip Reuters.
Dua dari pelaku bom bunuh diri adalah bersaudara. Mereka merupakan putra dari seorang pedagang rempah kaya serta pilar dari komunitas bisnis, sebut sumber yang dekat dengan keluarga itu.
Para pejabat intelijen dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyakini bahwa Zahran, seorang penceramah berbahasa Tamil asal Sri Lanka timur, adalah dalang dari serangan ini. Zahran terkenal dengan pandangan yang militan dan mempunyai pemikiran yang berapi-api dalam postingan di Facebook, menurut para pemimpin Muslim dan laporan intelijen Sri Lanka yang telah diterbitkan sebelumnya, seperti dikutip Reuters.
Pemerintah Sri Lanka mencurigai keterlibatan kelompok Thawheed Jama'ut yang diikuti Zahran dan kelompok Jammiyathul Millathu Ibrahim dengan bantuan dari pihak luar.
Saat ini sebanyak 60 orang dari seantero Kolombo telah ditahan untuk diinterogasi, kata Wijewardene. Termasuk di antaranya, seorang warga Suriah.
"Razia yang dilakukan termasuk di daerah dekat Gereja St Sebastian di Negombo di sebelah utara Ibu Kota Kolombo, di mana sejumlah orang tewas pada Ahad," kata juru bicara kepolisian.
Kebanyakan korban tewas serangan teror ini adalah warga Sri Lanka. Sebanyak 38 warga asing, di antaranya warga Inggris, AS, Australia, Turki, India, Cina, Denmark, Belanda, dan Portugal juga kehilangan nyawa akibat insiden tersebut. Sebanyak 45 dari korban tewas adalah anak-anak.