Ahad 28 Apr 2019 09:32 WIB

Presiden Sri Lanka: Pengeboman Bukti Kegagalan Intelijen

Presiden mengatakan akan mengambil langkah baru yang ketat untuk melacak orang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena (kiri) dan Perdana Menteri Sri Lanka  Ranil Wickremesinghe pada 3 Oktober 2017.
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena (kiri) dan Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe pada 3 Oktober 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan, kegagalan intelijen diduga menjadi penyebab rangkaian serangan bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja dan tiga hotel mewah pada hari Paskah, pekan lalu. Berbicara di kediamannya kepada eksekutif media setempat, Sirisena mengatakan, kepala polisi nasional dan menteri pertahanan telah mendapatkan peringatan sebelum serangan terjadi, namun tidak melaporkannya kepada presiden.

Akibat kelalaian intelijen tersebut, Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando, dan Kepala Polisi Pujith Jayasundara mengundurkan diri atas permintaan Presiden Sirisena. "Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun tentang surat peringatan ini. Itu adalah kesalahan serius di pihak mereka dan melalaikan tanggung jawab," ujar Sirisena dilansir Sidney Morning Herald, Ahad (28/4).

Baca Juga

Sirisena mengkritik polisi karena gagal menindak peringatan intelijen yang secara luas dilaporkan oleh India, beberapa minggu sebelum ledakan. Laporan tersebut memperingatkan bahwa kelompok ekstremis di Sri Lanka, yakni National Thowheeth Jamaath telah merencanakan serangan bom bunuh diri tersebut.

Sirisena juga mengonfirmasi Zahran Hashim, seorang ekstremis yang merupakan pemberontak dan penduduk asli Sri Lanka diidentifikasi sebagai dalang serangan itu. Zahran diidentifikasi tewas serangan bom bunuh diri di Hotel Shangri-La. ISIS telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi keterlibatan aktualnya masih belum jelas.

Sirisena mengatakan, 70 dari 140 orang yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris Sunni yang berbasis di Timur Tengah telah ditangkap. Sementara, mereka yang masih buron dikhawatirkan memiliki bahan peledak. Para pejabat kepolisian Sri Lanka mengedarkan surat di antara pasukan keamanan yang mengatakan ada ancaman serangan baru, terutama terhadap beberapa situs keagamaan Muslim.

Presiden mengatakan akan mengambil langkah-langkah baru yang ketat untuk mengidentifikasi dan melacak orang. Langkah ini mirip dengan yang digunakan ketika terjadi perang saudara yang panjang antara etnis Tamil dan separatis yang berakhir pada 2009.

"Setiap rumah tangga di negara ini akan diperiksa, untuk memastikan bahwa tidak ada orang tak dikenal yang bisa tinggal di mana pun. Kami harus mendeklarasikan situasi darurat untuk menekan teroris dan memastikan lingkungan yang damai di negara ini," ujar Sirisena.

Polisi secara khusus mencari mantan tentara Bathrudeen Mohammed Mohideen, yang dikenal sebagai Tentara Mohideen, yang diduga membantu melatih sembilan pelaku bom bunuh diri. Investigasi menunjukkan pengebom sebagian besar berpendidikan baik dan dari latar belakang keluarga kaya.

Di bawah keamanan yang ketat, masjid-masjid di seluruh Kolombo mengadakan kegiatan shalat Jumat, yang dihadiri oleh ribuan orang. Sebelumnya ada permintaan dari pejabat pemerintah Muslim agar mereka tetap di rumah sebagai tindakan pencegahan keamanan.

photo

Di Masjid Jami ul-Alfar, Kolombia yang berusia 100 tahun, dilakukan penggeledahan kepada para jamaah di pintu masuk. Pasukan keamanan menutup blok-blok di sekitarnya dan para sukarelawan masjid dengan sopan meminta orang luar untuk menjaga jarak.

Seorang penjual pakaian di sekitar masjid, Nizam Wellampitia (81 tahun) mengatakan, dirinya tetap melaksanakan shalat Jumat di masjid untuk memanjatkan doa kepada semua korban serangan bom bunuh diri yang terjadi pada pekan lalu. Menurutnya, serangan bom bunuh diri tersebut adalah yang paling mengerikan.

"Baik Yesus dan nabi kita mengatakan kita tidak boleh menyakiti orang lain. Orang-orang yang melakukan ini dicuci otak, dan mereka akan masuk neraka," ujar Wellampitia.

Salah satu pengurus masjid, Mohammad Zuhair mengatakan, kelompok National Thowheed Jamaath telah datang di daerah itu untuk beberapa waktu. Mereka menyebarkan pandangan fundamentalis, tetapi menurut Zuhair kelompok baru yang lebih berbahaya telah terpecah dan memiliki dukungan asing.

"Tidak ada yang percaya dengan sayap baru itu," ujar Zuhair.

Uskup Agung Katolik Kolombo juga mengumumkan, tidak akan ada Misa Minggu sampai pemberitahuan lebih lanjut. Sekitar 10 ribu tentara dikerahkan di seluruh negeri untuk melakukan pencarian dan melindungi tempat-tempat ibadah pada akhir pekan ini.

Sejak serangan Paskah, unit penjinak bom meledakkan beberapa paket dan sepeda motor dianggap mencurigakan. Kedutaan Besar AS di Kolombo juga mendesak warga Amerika untuk menghindari tempat ibadah selama akhir pekan mendatang.

Sri Lanka Blast Crippling Politics

Image ID : 19115644618487

FILE- In this Oct. 3, 2017, file photo, n  attend a special session held to mark the country's seventieth anniversary of the first parliament of democracy, in Colombo, Sri Lanka. (, File)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement