Senin 29 Apr 2019 09:19 WIB

Polisi Sri Lanka Gerebek Markas National Thawheed Jammath

Pemerintah Sri Lanka melarang NTJ berdasarkan undang-undang darurat baru.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pemuka agama Islam Sri Lanka menyalakan lilin dalam acara solidaritas kepada korban pengeboman saat Paskah di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (28/4). Di belakangnya tampak biksu Budha, biksu Hindu, dan pendeta Kristen.
Foto: AP Photo/Manish Swarup
Pemuka agama Islam Sri Lanka menyalakan lilin dalam acara solidaritas kepada korban pengeboman saat Paskah di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (28/4). Di belakangnya tampak biksu Budha, biksu Hindu, dan pendeta Kristen.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Polisi Sri Lanka menggrebek markas besar kelompok National Thawheed Jammath (NTJ) di kota Kattankudy. Polisi menahan satu orang. Kelompok NTJ diduga sebagai dalang dari rangkaian pengeboman yang terjadi di tiga gereja dan tiga hotel mewah pada saat Paskah lalu.

Namun, kepolisian tidak memberikan komentar lebih lanjut terkait penggerebekan tersebut. Sebelumnya, pada Sabtu (27/4), pemerintah melarang NTJ berdasarkan undang-undang darurat baru. Pihak berwenang meyakini, pendiri kelompok NTJ Zahran Hashim merupakan dalang dari serangan bom. Tak hanya itu, Zahran juga menjadi salah satu dari sembilan pelaku bom bunuh diri.

Baca Juga

Polisi menduga pengeboman itu dilakukan oleh dua kelompok radikal setempat, termasuk yang didirikan oleh Zahran. Pihak berwenang telah menyebutkan kelompok lain yang diduga terlibat adalah Jammiyathul Millathu Ibrahim.

Seorang sumber dari kepolisian Sri Lanka mengatakan kepada Reuters pada Ahad (28/4) lalu ayah dan dua saudara laki-laki Zahran telah terbunuh dua hari sebelumnya. Keduanya tewas dalam baku tembak dengan pasukan keamanan.

Sekitar 10 ribu tentara telah dikerahkan untuk memburu lebih banyak tersangka. Lebih dari 100 orang, termasuk orang asing dari Suriah dan Mesir ditahan untuk diinterogasi atas serangan Paskah. Sedangkan, militer Sri Lanka mengatakan sedikitnya 15 orang tewas dalam baku tembak dengan militan di pantai timur pada Jumat lalu, termasuk enam anak-anak. ISIS mengklaim tiga orang anggotanya tewas dalam baku tembak tersebut.

Pemerintah Sri Lanka memberlakukan larangan penggunaan cadar. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena mengatakan, larangan tersebut diberlakukan untuk menjamin keamanan nasional. Perempuan Muslim yang menggunakan cadar di Sri Lanka jumlahnya sangat kecil.

Pada Ahad lalu, Uskup Aung Kolombo Malcolm Ranjith meminta gereja-gereja menunda misa karena khawatir terhadap masalah keamanan. Dia menyampaikan khotbah khusus yang disiarkan televisi dari sebuah kapel di rumahnya. Layanan ibadah ini dihadiri oleh Presiden Sirisena, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, dan mantan presiden Mahinda Rajapaksa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement