REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pasukan keamanan Sri Lanka memberlakukan tingkat siaga tinggi jelang Ramadhan. Hal itu menyusul adanya informasi rencana serangan susulan oleh kelompok ekstremis yang mengenakan seragam militer.
Kepala divisi keamanan kementerian kepolisian telah mengatakan dalam sebuah surat kepada anggota parlemen dan pejabat lainnya, bahwa serangan diperkirakan terjadi pada Ahad atau Senin. Serangan tersebut diduga akan dilakukan oleh kelompok ekstremis yang mengenakan seragam militer.
"Keamanan akan tetap ketat selama beberapa hari karena militer dan polisi masih melacak tersangka," kata seorang pejabat senior intelijen polisi, Selasa (30/4).
Sumber pemerintah lainnya mengatakan kepada Reuters, sebuah dokumen telah diedarkan kepada lembaga-lembaga keamanan utama. Dokumen tersebut menginstruksikan semua polisi dan pasukan keamanan di seluruh Sri Lanka untuk tetap siaga tinggi karena diperkirakan serangan susulan terjadi sebelum Ramadhan. Sementara, umat Muslim Sri Lanka akan melaksanakan puasa Ramadan mulai 6 Mei 2019.
Hingga Ahad dan Senin lalu, tidak terjadi serangan bom susulan. Namun, pihak keamanan Sri Lanka tetap memperketat keamanan dan menetapkan status siaga tinggi pasca-rangkaian serangan bom bunuh diri yang menyerang tiga gereja dan tiga hotel mewah pada Minggu Paskah lalu.
Pihak berwenang mencurigai anggota dua kelompok yakni National Thawheedh Jamaath (NTJ) dan Jammiyathul Millathu Ibrahim yang melakukan serangan bom pada Minggu Paskah. Sementara, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom tersebut. Pihak berwenang meyakini Zahran Hashim yang merupakan pendiri NTJ, adalah dalang dan salah satu dari sembilan pelaku bom bunuh diri.
Sementara itu di India, polisi telah menangkap seorang pria berusia 29 tahun di negara bagian selatan Kerala, dekat dengan Sri Lanka. Pria itu diduga merencanakan serangan serupa di wilayah tersebut. Badan Investigasi Nasional menyatakan, pria itu telah dipengaruhi oleh pidato yang dibuat oleh Zahran.