Kamis 02 May 2019 04:09 WIB

2.700 Pengemis Saudi Ditangkap Tahun Lalu

Warga Saudi mengemis untuk mendapatkan uang tambahan.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Ani Nursalikah
Pengemis di Arab Saudi.
Foto: Saudi Gazette
Pengemis di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMMAM -- Sebanyak 2.710 pengemis ditangkap Petugas Pemerintah Arab Saudi pada 2018. Penangkapan dilakukan oleh 13 kantor yang bertugas memerangi kemiskinan di seluruh wilayah kerajaan Arab Saudi, sebagaimana dilansir Saudi Gazette, Rabu (1/5).

Berdasarkan data dari Kementerian Buruh dan Pembangunan Sosial, total pengemis terdiri dari 570 orang pria dan 2.140 perempuan. Seorang pekerja sosial mengatakan, sebagian pengemis akan kembali lagi meminta-minta setelah ditangkap. Oleh karena itu, mereka diminta menandatangani perjanjian tidak mengulangi kebiasaan tersebut.

Baca Juga

Kemudian, pekerja sosial itu menjelaskan, dalam menarik simpati masyarakat. Para pengemis menunjukkan video yang diambil dari perkampungan masyarakat miskin.

"Para pengemis tidak menggunakan rumah mereka sendiri saat mengambil video. Rumah mereka terlihat rapi dan indah," ujar pekerja sosial itu.

Ia menegaskan, beberapa pengemis sebenarnya tidak benar-benar miskin. Mereka mengemis untuk mendapatkan uang tambahan dalam rangka meningkatkan gaya hidup mereka.

"Orang semacam itu mengemis karena cara tersebut mudah mendatangkan uang. Bahkan mereka tidak akan berhenti mengemis ketika mereka telah mendapatkan apa yang mereka butuhkan," kata pekerja sosial.

Di sisi lain, Fouad Al-Miskhaikhis mengatakan mayoritas pengemis akan kembali mengemis meminta-minta. Penyebab mereka meminta-minta belum dapat diatasi.

"Fenomena tersebut membutuhkan langkah komprehensif. Pengemis harus didekati secara cermat oleh pemerintah. Tujuannya menyediakan kebutuhan dasar mereka," ujar Miskhaikhis.

Senada dengan pekerja sosial, Miskhaikhis juga mengatakan, beberapa pengemis menggunakan video di media sosial untuk menunjukkan keterbatasan mereka sehingga para penderma dapat bersimpati. "Para pengemis juga mengeksploitasi anak mereka dengan cara mengenakan pakaian kotor dan lusuh. Hal itu membuat masyarakat merasa iba dan memberikan bantuan," kata Miskhaikhis.

Selain dengan mengeksploitasi anak, para pengemis juga menarik hati para penderma dengan menawarkan ginjalnya untuk dijual. Masyarakat pun terdorong memberikan uang.

"Cara tersebut sepenuhnya salah. Tidak ada pengemis yang rela kehilangan ginjalnya. Mereka melakukan hal itu untuk memeras orang yang memiliki belas kasihan," kata Mishaikhis.

Menurutnya, beberapa orang menjadi pengemis karena psikologis mereka tidak seimbang. Di satu sisi mereka mempermalukan keluarga mereka dan membalasnya dengan mengemis di jalanan.

Ia menambahkan, beberapa kepala keluarga justru menyuruh anggota keluarga untuk mengemis. Permintaan itu khususnya ditujukan kepada perempuan dan anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement