Ahad 05 May 2019 23:22 WIB

Menlu Rusia dan Venezuela akan Bahas Upaya Kudeta

Rusia dan Venezuela disebut juga akan bahas sanksi AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Kembang api dilempar demonstran antipemerintah Venezuela mendarat di dekat kendaraan lapis baja Garda Nasional Bolivarian di Caracas, Venezuela, Selasa (30/4).
Foto: AP Photo/Ariana Cubillos
Kembang api dilempar demonstran antipemerintah Venezuela mendarat di dekat kendaraan lapis baja Garda Nasional Bolivarian di Caracas, Venezuela, Selasa (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza di Moskow pada Ahad (5/5). Upaya kudeta oleh pihak oposisi Venezuela menjadi topik utama yang akan dibahas.

“Akan ada pertukaran pendapat tentang situasi di dalam dan di sekitar Venezuela sehubungan dengan upaya kudeta pemerintah, prospek penyelesaian politik dan diplomatik perbedaan dalam kerangka kerja konstitusi Venezuela, dan berbagai pilihan upaya mediasi internasional untuk mempromosikan dialog antara pemerintah dan oposisi,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS.

Baca Juga

Lavrov dan Arreaza dilaporkan juga akan turut membahas tentang sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terhadap Caracas. Mereka menilai, sanksi tersebut telah memperburuk situasi sosial dan ekonomi di Venezuela.

Selain membahas situasi politik domestik Venezuela, Lavrov dan Arreza juga akan membicarakan peningkatan kerja sama bilateral. “Langkah-langkah tertentu akan dibahas untuk memperluas kemitraan komprehensif Rusia-Venezuela di kancah internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Pada 30 April dan 1 Mei lalu, ribuan massa atau simpatisan oposisi menggelar aksi demonstrasi di Caracas. Mereka menyerukan pelengseran Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Aksi tersebut digerakkan oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.

Aksi tersebut sempat membuat situasi di negara tersebut kembali bergolak. Para demonstran terlibat bentrok dengan pasukan pemerintah. Sekitar 100 orang dilaporkan mengalami luka-luka dalam kejadian tersebut.

Maduro menuduh bahwa aksi tersebut adalah percobaan kudeta oleh oposisi yang didukung AS. Ia pun menegaskan bahwa upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan. Maduro pun sesumbar bahwa ia tak akan bisa dilengserkan.

Guaido diketahui telah mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela pada Januari lalu. Hal itu dia lakukan setelah rakyat  Venezuela menggelar demonstrasi dan menuntut Maduro mundur dari jabatannya.

Dukungan dunia internasional pun terpecah kepada dua tokoh tersebut. AS, Israel, Australia, dan mayoritas negara anggota Uni Eropa membela kepemimpinan Guaido di Venezuela. Sedangkan Maduro memperoleh dukungan dari beberapa negara, antara lain Rusia, Cina, Turki, dan Kuba.

AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Caracas guna menekan pemerintahan Maduro. Sanksi AS menyebabkan Venezuela kehilangan pendapatannya, terutama dalam bidang penjualan minyak. Hal tersebut berdampak pula atas kian memburuknya situasi kemanusiaan di Venezuela. Dalam menghadapi krisis kemanusiaan, Venezuela memperoleh bantuan dari sekutunya, terutama Rusia dan Kuba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement