Ahad 28 Jul 2019 10:02 WIB

Pendukung Maduro Sebut Marinir AS akan Masuki Venezuela

Venezuela menyebut pesawat pengintai AS telah memasuki wilayah udara mereka.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Venezuela memprotes pemadaman listrik besar-besaran saat kampanye bersama pemimpin oposisi Juan Guaido di Caracas, Venezuela, Selasa (23/7).
Foto: AP Photo/Ariana Cubillos
Warga Venezuela memprotes pemadaman listrik besar-besaran saat kampanye bersama pemimpin oposisi Juan Guaido di Caracas, Venezuela, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Wakil Presiden Partai Sosialis Venezuela, Diosdado Cabello pada Sabtu (27/7) mengatakan, Marinir Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan memasuki negara Amerika Selatan itu. Hal tersebut menyusul konfrontasi antara pesawat milik angkatan bersenjata kedua negara.

"Kami sedikit, negara kecil, kami sangat rendah hati, dan di sini kemungkinan bahwa Marinir AS masuk.  Kemungkinan mereka masuk," kata Cabello dalam acara Forum Sao Paulo, sebuah pertemuan politisi dan aktivis kiri dari seluruh Amerika Latin. 

Baca Juga

Cabello menyampaikan tudingan itu tanpa memberikan bukti, kapan dan apa yang akan dilakukan marinir AS.

Cabello mengetuai Majelis Konstituante, sebuah badan legislatif yang setia kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Badan ini tidak diakui oleh oposisi. Ia dipandang sebagai pejabat paling kuat kedua di pemerintahan Venezuela, setelah Maduro.

Komentar itu muncul sepekan setelah militer AS menuduh pesawat tempur Venezuela secara agresif membayangi pesawat Angkatan Laut AS di wilayah udara internasional di atas Laut Karibia.  Sementara pemerintah Venezuela mengatakan pesawat pengintai dan intelijen telah memasuki wilayah udaranya.

Ketegangan AS-Venezuela telah meningkat tahun ini setelah Juan Guaido, pemimpin Majelis Nasional yang dikuasai oposisi, meminta konstitusi untuk menjadi presiden sementara pada Januari. Ia ingin maju dengan alasan pemilihan kembali Maduro pada 2018 tidak sah.

Amerika dan kebanyakan negara demokrasi Barat telah mengakui Guaido sebagai pemimpin yang sah.  Pemerintahan presiden AS, Donald Trump menyatakan lebih memilih untuk terus menggunakan sanksi dan diplomasi untuk menekan Maduro mundur dari jabatannya.

Sementara itu, Maduro tetap memegang kendali fungsi negara, dan menyebut Guaido sebagai boneka AS yang berusaha menggulingkannya dalam kudeta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement