REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sekolah-sekolah negeri di Sri Lanka kembali dibuka dengan keamanan yang ketat pada Senin (6/5), usai pemboman pada Hari Paskah. Namun banyak orang tua yang cemas, sehingga menahan anak-anaknya di rumah, karena khawatir akan ada serangan lagi oleh kelompok militan.
"Saya memutuskan untuk tidak mengirim putra saya ke sekolah sampai negara itu kembali normal," kata salah satu orang tua murid, Sujeeva Dissanayake, yang putranya sekolah di Asoka College yang dikelola pemerintah di Kolombo.
"Sampai kami yakin tentang situasi keamanan di luar, kami tidak akan mengirim anak ke sekolah," ucap Dissanayake.
Kelas sekolah menengah ke atas dilanjutkan pada Senin, diikuti oleh tingkat yang lebih rendah di kemudian hari. Sebagian besar ruang kelas hampir kosong pada Senin meskipun ada keamanan ketat. Sementara sekolah swasta, termasuk institusi Katolik, tetap ditutup.
"Orang tua tidak yakin bahwa keselamatan telah kembali normal," kata Kepala sekolah Sivananda College, T. Yasodharan di mana hanya 30 persen siswa yang muncul pada Senin.
Di Royal College, sekolah negeri elit di Kolombo, area parkir yang biasanya dipenuhi dengan van sekolah pada hari biasa menjadi kosong. Hanya sekitar lima persen dari 6.000 siswa yang kembali ke kelas.
Dua pekan lalu pemboman bunuh diri terjadi di hotel-hotel, dan gereja-gereja yang menewaskan 257 orang. Pihak berwenang menyalahkan serangan bom pada Paskah pada dua kelompok Islam lokal yang kurang dikenal, Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) dan Jamathei Millathu Ibrahim (JMI). ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu.
Di samping itu, pasukan keamanan bersiaga tinggi setelah laporan intelijen mengindikasikan gerilyawan dapat menyerang sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan. Sementara, sekolah-sekolah Muslim akan ditutup untuk liburan.
Di Negombo, pihak berwenang mencabut jam malam yang diberlakukan setelah bentrokan antara dua kelompok warga sipil. Tempat di mana 102 orang yang menghadiri kebaktian pada Paskah terbunuh dalam serangan bom.
Larangan singkat terhadap platform media sosial juga dicabut. Akan tetapi, pihak berwenang menyatakan mereka akan tetap waspada terhadap ancaman terhadap komunitas Muslim setelah serangan 21 April.
Uskup Agung Kolombo, Malcolm Ranjith mengkritik penanganan keamanan pemerintah di sekitar perusahaan-perusahaan utama. Ia meminta sekolah-sekolah Katolik di Provinsi Barat, yang meliputi Kolombo dan pinggirannya, untuk ditutup pada pekan ini.