REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengecam Amerika Serikat (AS) karena menuduhnya mengoperasikan kamp konsentrasi bagi umat Islam di wilayah Xinjiang, Senin (6/5). Cina menolak tuduhan tersebut sesuai dengan kenyataan.
Sebelumnya Pemimpin Kebijakan Asia di Departemen Pertahanan AS, Randall Schriver mengatakan, Cina telah menempatkan lebih dari satu juta Muslim minoritas di kamp konsentrasi. Kamp itu menjadi penahanan massal Cina atas sebagian besar Muslim Uighur dan anggota kelompok Muslim lainnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang mengatakan, pernyataan Schriver sama sekali tidak sesuai dengan fakta. Ia mengatakan, Xinjiang stabil dan rakyatnya hidup dalam damai.
"Langkah-langkah yang relevan dilakukan sepenuhnya sesuai dengan hukum," kata Geng.
Di sisi lain, beberapa mantan tahanan menggambarkan kepada Reuters, bahwa mereka disiksa selama interogasi di kamp-kamp. Mereka hidup dalam sel yang penuh sesak dan menjadi sasaran rezim indoktrinasi partai setiap hari.
Hal itu mendorong beberapa orang di sana untuk melakukan bunuh diri. Beberapa fasilitas yang luas dikelilingi oleh kawat berduri dan menara.
Geng menegaskan kembali sikap pemerintah, bahwa tempat yang beroperasi di Xinjiang adalah pusat pelatihan kejuruan yang merupakan langkah-langkah untuk membantu mencegah terorisme.
Sementara Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo menggunakan istilah kamp pendidikan ulang untuk menggambarkan tempat-tempat tersebut. Ia mengatakan kegiatan Cina mengingatkan pada 1930-an.
Pemerintah AS telah mempertimbangkan sanksi terhadap pejabat senior Cina di Xinjiang. Wilayah yang berbatasan dengan Asia Tengah itu merupakan rumah bagi jutaan warga Uighur dan Muslim minoritas lainnya.
Cina telah memperingatkan bahwa pihaknya akan membalas secara proporsional terhadap sanksi AS. Gubernur Xinjiang pada Maret secara langsung menolak perbandingan dengan kamp konsentrasi. Ia menyatakan fasilitas yang dioperasikan itu sama dengan sekolah asrama.