Kamis 09 May 2019 15:19 WIB

Penduduk Istanbul Ubah Jadwal Liburan demi Pemilu Ulang

Pemilu ulang di Istanbul akan digelar pada 23 Juni mendatang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pemilu Turki.
Foto: AP
Pemilu Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Penduduk Istanbul mengubah jadwal liburan akhir pekan mereka agar dapat mengikuti pemilihan umum (pemilu) ulang, yang akan digelar pada 23 Juni mendatang. Maskapai penerbangan dan agen perjalanan memberikan biaya gratis bagi warga Istanbul yang ingin mengubah jadwal perjalanan mereka. 

Selain itu, resor liburan yang paling populer seperti Bodrum telah mengeluarkan peringatan untuk mencegah warga Istanbul berlibur pada saat pemilu ulang. Hal itu menunjukkan bahwa setiap suara akan diperhitungkan dalam pemilihan wali kota tersebut. 

Baca Juga

"Kami telah menghubungi 5.500 agen perjalanan dan kami telah diberitahu bahwa hampir semua reservasi yang berangkat dari Istanbul (akhir pekan itu) telah meminta pembatalan, hampir 100 persen," kata  juru bicara Travel Agencies Platform, Cem Polatoglu, Kamis (9/5).

Turkish Airlines menyatakan, memberikan biaya gratis kepada pelanggan yang mengubah penerbangan antara 21-26 Juni. Hal yang sama juga dilakukan oleh Pegasus Airlines dan maskapai penerbangan lainnya. 

Kesetiaan politik para pelancong yang membatalkan perjalanan mereka memang tidak diketahui. Tetapi kota-kota pesisir yang mengeluarkan peringatan perjalanan dipegang oleh oposisi Republican People’s Party (CHP).

"Saya pikir keputusan untuk menyelenggarakan pemilihan kembali adalah omong kosong," kata seorang warga, Merih Onder yang akan pulang ke Istanbul lebih awal dari yang direncanakan untuk memilih di Turki selatan.

"Saya akan memilih untuk kandidat yang saya pikir dirugikan," kata Onder.

Sementara itu, Berke Ertunc mengatakan, dia telah membatalkan perjalanannya ke Beirut. Menurutnya, meskipun maskapai penerbangannya tidak menawarkan pengembalian uang secara penuh, dia akan tetap membatalkan perjalannya. 

"Kita melihat pemilihan sebelumnya (pada 31 Maret) dimenangkan oleh 13 ribu suara, bahkan satu suara diperhitungkan dalam pemilihan ini," Ertunc. 

Tingkat partisipasi dalam pemilihan Turki cenderung jauh lebih tinggi daripada negara Barat lainnya. Sekitar 84 persen dari pemilih Istanbul yang terdaftar atau sebanyak 10,6 juta memberikan suara mereka dalam pemilihan Maret.

Dewan Pemilihan Umum (YSK) mengumumkan bahwa pemilihan umum di Istanbul akan diadakan pada 23 Juni 2019. Anggota dewan menerima keberatan Justice and Development Party (AK Party) terhadap hasil pemungutan suara pada 31 Maret lalu. Berdasarkan voting, tujuh suara mendukung pemilihan ulang sedangkan empat lainnya menentang.

YSK menyatakan, keputusan pemungutan suara ulang dilakukan karena beberapa anggota komite pemungutan suara yang bertugas bukan pegawai negeri sipil sebagaimana yang diharuskan oleh hukum. Ketua YSK, Sadi Guven mengatakan berdasarkan hasil hitung cepat pada Senin (1/4), kandidat Wali Kota Istanbul dari oposisi, Ekrem Imamoglu, unggul dengan perolehan suara 4.159.650.

Sementara itu, kandidat dari AKP sekaligus mantan perdana menteri Turki, Binali Yildirim, hanya mendapat suara sebanyak 4.131.761, selisih 28 ribu suara. Menurut Guven, masih ada 84 kotak suara yang masih harus dihitung. Namun, baik Imamoglu dan Yildirim sama-sama telah mengklaim kemenangan sejak Senin pagi.

Pemilihan wali kota yang berlangsung di Turki pada 31 Maret, dipandang sebagai referendum kepemimpinan Erdogan di tengah penurunan ekonomi yang tajam. Meskipun aliansi yang dipimpin Partai AK Party memenangkan 51 persen suara secara nasional, CHP  mengklaim kemenangan di ibu kota Ankara, Izmir, dan di Istanbul di mana Erdogan pernah menjadi wali kota. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement