Rabu 22 May 2019 03:42 WIB

Kemenangan Jokowi Sinyal Stabilitas dan Kontinuitas Politik di Indonesia

Kemenangan Jokowi pada pilpres 2019 mendapat sorotan media Jerman.

Rep: deutsche-welle/ Red:
Kemenangan Jokowi Sinyal Stabilitas dan Kontinuitas Politik di Indonesia
Kemenangan Jokowi Sinyal Stabilitas dan Kontinuitas Politik di Indonesia

"Resmi: Jokowi Menang Pemilu", tulis media Jerman "Die Zeit" di situs onlinenya, setelah KPU resmi mengumumkan kemenangan pasangan calon Joko Widodo – Ma’aruf Amin. Selanjutnya Die Zeit menulis:

"Presiden Jokowi bisa memerintah lima tahun lagi di Indonesia, demokrasi ketiga terbesar dunia. Pria 57 tahun itu dideklarasikan sebagai pemenang pemilu bulan April setelah penghitungan lebih dari 154 juta suara. Jokowi memenangkan sekitar 55 persen suara. Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, itu sebabnya pengumuman hasil akhir memerlukan waktu yang lama. Dari lebih 260 juta penduduk Indonesia, hampir 90 persen adalah muslim."

Majalah terbesar Jerman "Der Spiegel" di situs onlinenya menulis:

"Presiden Joko 'Jokowi' Widodo akan tetap menjabat sebagai presiden. Menurut Komisi Pemilu Umum, dia menang jauh atas mantan Jenderal Prabowo Subioanto. Mantan Jenderal itu sudah pernah kalah tahun 2014. Tapi dari kubunya muncul tuduhan, pemilu ini dimanipulasi. Namun tidak ada pihak independen yang menguatkan tuduhan itu. Pemilu kali ini dibayangi banyaknya kasus kematian petugas. Menurut catatan resmi, lebih 300 petugas pemilu yang meninggal selama pemungutan suara dan penghitungannya – kebanyakan karena masalah kesehatan, seperti kelelahan, tetapi juga karena kecelakaan. Dari lebih 260 juta penduduk Indonesia, hampir 90 persennya muslim. Dengan demikian Indonesia adalah negara terbesar muslim dunia. Negara itu untuk waktu lama dianggap sebagai model untuk Islam yang toleran. Namun belakangan, pengaruh kalangan konservatif makin kuat."

Harian The New York Times melaporkan pengumuman resmi KPU dan menulis:

"Presiden Joko Widodo telah berhasil meraih masa jabatan keduanya menurut hasil penghitungan suara manual KPU yang dirilis hari Selasa, sebuah penolakan terhadap politik nasionalistik dan politik agama yang di masa lalu menggiring orang-orang kuat ke kursi kekuasaan di seantero dunia. Jokowi, 57 tahun, seorang teknokrat moderat dengan antusiasme untuk proyek-proyek infrastruktur dan reputasi sebagai penyanjung keberagaman agama dan etnis, sering dituduh Prabowo sebagai penganut Kristen secara diam-diam yang sedang menjual negara itu kepada para investor asing. Namun visi Prabowo ternyata gagal. Setelah empat kali maju sebagai kandidat dalam pemilihan presiden, dia hanya memenangkan 44,5 persen suara, masih lebih buruk dari tahun 2014, ketika dia pertama kali bersaing melawan Jokowi."

Media siaran berbahasa Arab Al Jazeera menulis:

"KPU tadinya dijadwalkan akan mengumukan hasil resmi hari Rabu, namun secara mendadak memutuskan untuk merilis hasil perhitungan final hari Selasa karena kekhawatiran akan timbul kerusuhan setelah Prabowo bersikeras akan memprotes setiap hasil yang memenangkan petahana. Prabowo, pensiunan jenderal berusia 67 tahun, menuduh telah terjadi kecurangan dan memperingatkan bahwa pengumuman itu akan memicu aksi jalanan di seluruh negeri. Sekitar 32.000 aparat keamanan dikerahkan di seluruh pelosok Jakarta, gedung pusat KPU dijaga dengan lingkaran kawat berduri. Widodo menahan diri tidak mendeklarasikan diri sebagai pemenang usai pemungutan suara bulan lalu, sedangkan Prabowo bersikeras dia telah memenangkan pemilihan. Prabowo tahun 2014 kalah dalam pemilu presiden menghadapi Widodo, dan juga kalah dalam gugatannya ke pengadilan."

Stasiun siaran Inggris BBC yang berpusat di London menanggapi reaksi Prabowo dengan menulis:

"Prabowo menyatakan menolak hasil itu dan mengatakan dia akan mengajukan gugatan hukum, namun mengimbau pendukungnya agar tetap tenang. Sebelum pengumuman hasil perhitungan final, dia telah menuduh terjadinya kecurangan luas dan memperingatkan potensi aksi-aksi jalanan. Tahun 2014 Prabowo juga menggugat kekalahannya ke Mahkamah Agung, namun kalah. Pemilu yang baru lalu diwarnai persaingan ketat, di mana agama memainkan peran kunci, namun pengamat independen mengatakan pemilu itu bebas dan adil."

hp/ts

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement