Jumat 24 May 2019 02:31 WIB

Detik-Detik Menegangkan Jurnalis ABC Meliput Rusuh 22 Mei

Enam warga tewas tertembak pada kerusuhan 22 Mei.

Rep: David Lipson/ Red:
abc news
abc news

Wajah-wajah demonstran yang digambari warna putih tampak seperti orang mau perang, tetapi itu sebenarnya pasta gigi yang dimaksudkan untuk melindungi mata dari perihnya gas air mata yang ditembakkan polisi.

Korban demo Pilpres 2019:

  • Enam warga tewas tertembak pada malam pertama bentrokan, termasuk remaja berusia 15 tahun
  • Polisi menangkap lebih dari 250 orang pada malam kedua kerusuhan
  • Prabowo Subianto akan mengajukan gugatan hasil Pilpres ke MK pada hari Kamis.

 

Jakarta di malam kedua kerusuhan pasca Pilpres 2019, masih diwarnai sedikitnya 10.000 massa pengunjuk rasa yang turun ke jalan. Mereka berteriak membawa bendera merah putih pada tongkat bambu, yang berfungsi ganda sebagai senjata terhadap siapa pun yang dianggap musuh.

Para demonstran mulai turun ke jalan-jalan ibukota pada Selasa (21/5/2019) malam, setelah hasil pemilu dirilis lebih awal oleh KPU. Pengumuman itu memenangkan Presiden Joko Widodo.

Awalnya, para demonstran mengarahkan kemarahan mereka ke polisi, dengan cara melempari batu, bom Molotov, dan petasan melewati pagar kawat berduri. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata.

 

Selanjutnya, mereka menghancurkan properti, ada pula yang memecahkan batu bata dari trotoar menjadi potongan-potongan kecil. Yang lain tampak membakar tumpukan barikade, menyebabkan asap hitam yang membumbung ke langit malam.

Kemudian, setelah beberapa jam terlibat bentrokan jalanan dengan sejumlah korban yang dilarikan ambulans, para perusuh mengalihkan sasaran ke pekerja media.

Seorang kru ABC Australia pun mendapat serangan tanpa peringatan. Aparat TNI tak bersenjata berhasil menyelamatkan mereka ke tempat aman di hotel terdekat.

Indonesia memang tidak asing dengan kekacauan, tapi sudah bertahun-tahun lamanya sejak ada kerusuhan dan keganasan pada skala seperti ini.

Ini bukan lagi sekadar amukan massa terkait dengan Pemilu yang dimenangkan Jokowi kembali dengan selisih 17 juta suara.

Para pendukung Prabowo Subianto, sekarang justru ingin membalas kematian enam rekan mereka pada Selasa malam - termasuk seorang remaja berusia 15 tahun yang tampaknya ditembak di bagian kepala.

Umpatan "Jokowi anjing!" pun mereka teriakkan dari balik penutup wajah.

 

Polisi menyatakan sejauh ini telah menangkap 257 orang dalam dua malam aksi demonstrasi.

Para pengunjuk rasa ini sebenarnya minoritas jika dibandingkan dengan 193 juta pemilih terdaftar.

Sebuah tagar #TidakAtasNamaSaya, menjadi viral di media sosial ketika warga Indonesia lainnya menyuarakan sikap menentang para perusuh.

Memang, jelas sekali perbedaan antara massa yang datang dengan niat kekerasan, dengan mereka yang melakukan aksi damai memprotes pengumuman KPU.

 

Seorang mantan jurnalis BBC Inggris, Ahmad Sudirwan, mengaku berhenti dari pekerjaannya tiga hari lalu untuk ikut dalam aksi unjukrasa.

"Saya menyadari hal ini, panggilan hati nurani saya, bahwa kami orang Indonesia harus bersikap," katanya kepada ABC.

"Kita menyampaikan kepada dunia, bahwa orang Indonesia itu ramah, tapi kami sadar ini negara kami dan kami harus membela negara kami," ujarnya.

Sudirwan mengatakan tidak ingin mencari masalah dan mereka tidak terkait realitas kekerasan yang berkecamuk di jalanan.

Dia mengaku pengunjukrasa justru tidak melakukan kekerasan.

 

Ketika ABC menunjukkan fakta para pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu, Sudirwan mengklaim bahwa para pelaku itu "provokator" yang tak dikenal.

"Provokator itu bisa siapa saja. Jangan tanya kami. Tanyalah ke polisi," katanya.

Memang ramai beredar desas-desus bahwa pihak polisi yang telah memicu kerusuhan ini. Dan inilah salah satu alasan mengapa Pemerintah mengambil langkah drastis membatasi akses medsos.

Seorang warga menyampaikan tudingan konyol ke ABC bahwa "Polisi China" sengaja didatangkan ke satuan Brimob untuk menembaki pengunjukrasa.

Berita simpang-siur itulah yang berusaha diatasi pihak berwenang.

Presiden Jokowi sendiri mendesak perlunya ketenangan di bulan suci Ramadan ini, tapi menegaskan akan bertindak keras terhadap mereka yang mengganggu keamanan.

 

"Kami tidak akan memberikan ruang bagi mereka yang mencoba merusak negara kita, merusak persatuan kami," katanya.

"Saya tidak akan mentolerir siapa pun yang ingin mengganggu keamanan dan proses demokrasi ... terutama mereka yang telah menghasut kerusuhan."

"Tidak ada cara lain. TNI dan Polri akan bertindak tegas, sesuai aturan hukum yang berlaku."

Kubu Capres Prabowo kini mempersiapkan gugatan hukum terhadap hasil Pilpres, yang diperkirakan akan diajukan ke Mahkamah Konstitusi pada hari Kamis.

Purnawirawan TNI dan pendiri Partai Gerindra ini telah meminta semua pihak menahan diri dari kekerasan, dan secara langsung menyebut aparat Polri dan TNI.

"Adik-adikku, perwira yang masih aktif di TNI dan Polri, saya mohon Anda ingat bahwa seragam yang Anda kenakan, makanan dan senjata yang Anda miliki itu dibayar oleh rakyat," tegas Prabowo.

"Rakyat menginginkan Anda melindungi mereka. Anda semua adalah harapan kita."

 

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement