REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengkritik saingannya dalam perebutan kursi perdana menteri yang akan ditinggalkan Theresa May pada akhir Juli mendatang. Hunt meminta Boris Johnson untuk lebih berani dan bersedia menghadapi media.
"Kami hanya memiliki perdebatan jika pesaing kami dalam kampanye ini memiliki keberanian sedikit lebih banyak dalam hal keluar ke media, terlibat dalam perdebatan, terlibat dalam perdebatan di televisi," kata Hunt di BBC Radio, Jumat (14/6).
Hunt menuduh Johnson menghindari pengawasan. Hunt mengatakan harus ada perdebatan tentang Brexit dan rencana para calon pemimpin Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.
"Jika Anda ingin menjadi perdana menteri Inggris, Anda harus keluar dan melemparkan argunmen, apa yang akan dikatakan (Winston) Churchill jika seseorang yang ingin menjadi perdana menteri Inggris bersembunyi dari media, tidak terlibat dalam kesempatan besar," kata Hunt.
Sejauh ini terdapat 11 kandidat yang akan bersaing untuk menggantikan posisi May. Kandidat yang terpilih akan menjadi pemimpin partai dan perdana menteri. Proses pemilihan perdana menteri akan diawasi oleh kelompok internal partai yang dikenal sebagai Komite 1922.
Komite 1922 akan menjadi penyelenggara dua putaran pemilihan suara di parlemen untuk para kandidat. Putaran pertama dijadwalkan antara 11 Juni atau 12 Juni, sedangkan putaran kedua sekitar 17 Juni.
May mengundurkan diri karena perjanjian Brexit yang ia sepakati dengan Uni Eropa tidak pernah mendapat suara mayoritas di parlemen setelah tiga kali diajukan. Pemerintahan Inggris menghadapi kebuntuan dan banyak menteri yang mengundurkan diri dan diganti.
Selama beberapa bulan terakhir kekacauan proses Brexit melumpuhkan pemerintahan Inggris. Tidak ada usulan alternatif May yang diterima oleh parlemen. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang seharusnya dijadwalkan pada akhir Maret lalu, jadi tertunda dan terkatung-katung.