REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Puluhan ribu dokter India mogok kerja, Senin (17/6). Dokter menyerukan lebih banyak perlindungan terhadap kekerasan dari pasien dan keluarga mereka.
Dilansir di Straits Times, pemogokan nasional akan berlangsung hingga Selasa (18/6) pagi sebagai bentuk solidaritas dengan dokter di negara bagian Benggala Barat bagian timur. Sebelumnya tiga orang medis diserang dengan kejam oleh kerabat seorang pria yang meninggal.
Asosiasi Medis India (IMA) yang mewakili 350 ribu dari 900 ribu dokter India, menyerukan hukuman yang lebih keras bagi mereka yang menyerang staf medis. IMA mengatakan rumah sakit harus memiliki lebih banyak kamera keamanan. Selain itu, masuknya pengunjung ke rumah sakit harus dibatasi.
Pemogokan, yang tidak termasuk layanan darurat, terjadi saat parlemen mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya setelah Perdana Menteri Narendra Modi terpilih kembali bulan lalu. Dokter di ibu kota Bengal Barat, Kolkata melakukan pemogokan sejak Senin lalu, ketika sebuah keluarga menyerang tiga dokter setelah seorang kerabat merekan meninggal selama perawatan di rumah sakit yang dikelola pemerintah.
Keluarga menyalahkan kematian kerabat mereka karena kelalaian dokter. Mereka menyerang dengan keras dan membuat dua staf medis terluka parah.
Pemogokan di Benggala Barat, yang juga telah dihancurkan oleh kekerasan politik dalam beberapa pekan dengan hampir 20 orang tewas, telah melumpuhkan layanan medis bagi 90 juta orang negara. Pada Senin, para dokter di negara bagian itu akan membahas pemogokan dengan Perdana Menteri Negara Mamata Banerjee yang juga lawan Modi.
India membelanjakan kurang dari dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk perawatan kesehatan, menjadikannya salah satu investor terendah di sektor ini secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkannya di bawah Irak dan Venezuela. Skema Modicare bagian yang cukup sukses dari terpilihnya kembali Modi, adalah inisiatif kesehatan masyarakat besar yang dirancang untuk memberi manfaat kepada masyarakat miskin.